Selasa 13 Juli 2021
KUASA – PENGUASAAN DIRI
Kuasa : – Penguasa diri – Menahan diri – Hidup sederhana
Bacaan Sabda : Galatia 5:16-26
Galatia 5:22-23 “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”
Ada yang berpendapat bahwa kuasa yang paling wajib dilakukan bukanlah menguasai dan memimpin orang lain melainkan menguasai dan memimpin diri sendiri. Dalam pemahaman Yunani penguasaan diri adalah kebajikan utama dalam hidup. Penguasaan dirilah yang memampukan seseorang mampu menahan diri untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang salah, buruk dan jahat. Penguasaan diri pulalah yang memampukan seorang kaya hidup sederhana. Tetapi ada banyak yang gagal paham mengenai pengertian penguasaan diri. Ada yang mengartikan penguasaan diri hanyalah sikap mengendalikan nafsu seksual dengan menolak perkawinan. Hidup sendiri tanpa hidup pernikahan dianggap sebagai nilai tertinggi dalam kerohanian karena mampu menguasai diri tidak kawin atau menahan diri dari nafsu seksual.
Ada sekte gereja kuno yang menamakan komunitasnya “engkratia” mengartikan penguasaan diri hidup berpantang pada makanan tertentu, seperti tidak memakan daging dan tidak minum anggur. Selanjutnya mereka memantangkan perkawinan. Bentuk-bentuk penguasaan diri yang salah ini dijelaskan rasul Paulus kepada Timotius: “Tetapi Roh dengan tegas menyatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang-orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka. Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah… (1 Timotius 4:2-3). Penguasaan diri adalah salah satu dari buah Roh Kudus yang didaftarkan sebagai buah roh terakhir. Bila didaftarkan terakhir bukan berarti kualitasnya terendah. Lebih tepat dianggap sebagai penguat untuk setiap buah Roh. Artinya semua buah Roh harus dilengkapi dengan penguasaan diri. Misalnya kasih tanpa penguasaan diri bisa berubah menjadi sukacita yang salah. Kemurahan, kebaikan tanpa penguasaan diri bisa diartikan sebagai kemurahan dan kebaikan yang berlebihan. Penguasaan diri dapat diartikan sebagai kecerdasan dan dan kedewasaan emosional. Jadi orang yang mempunyai penguasaan diri adalah merupakan dambaan semua orang percaya. Orang yang mempunyai penguasaan diri tak akan pernah dikuasai oleh orang lain tetapi biasanya mempunyai sifat mulia menundukkan diri kepada otoritas secara sadar disertai pengabdian yang tulus. (MT)
Penguasaan diri adalah buah Roh yang harus ada menguatkan buah Roh yang lain.