Kamis 01 Juli 2021
KENOSIS
Kenosis : – Kristologi – Menjadi manusia – Meninggalkan kemuliaan
Bacaan sabda : Filipi 2:1-11
Filipi 2:6-7 “Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”
Kenosis yang dalam bahasa Indonesia “mengosongkan diri” adalah merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yang diterapkan kepada pengorbanan Yesus. Kenosis dipakai dalam teori kristologis tentang pengorbanan Yesus. Ada yang berpendapat bila kenosis hanya tepat diterapkan pada peristiwa penyaliban dan kematian Kristus. Alasannya adalah saat Yesus mulai dari kelahiran di Betlehem tak sepenuhnya “mengosongkan diri” karena selalu disertai dengan mujizat yang tak dapat dilakukan oleh manusia biasa. Pendapat ini betul sangat beralasan karena pada hakekatnya Yesus Kristus selalu Allah setara dengan Allah Bapa sebelum, selama dan sesudah masa hidup-Nya di bumi. Dalam pendapat ini ada sebuah kesimpulan bahwa saat Yesus menjadi manusia, dia tidak berhenti menjadi Allah. Dia hanya membatasi ke-Allahan-Nya dengan cara mengosongkan diri. Tetapi klimaks pengosongan diri-Nya itu adalah saat penyaliban dan kematian-Nya. Tetapi pernyataan kristologis ini selalu terbuka kepada kritik dan keberatan-keberatan teologis sepanjang masa artinya tak menutup pendapat kepada penafsiran-penafsiran yang pasti selalu berkembang karena semua pendapat adalah hal-hal yang selalu terbuka kepada tafsir dan pendapat baru.
Suatu kepastian, Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Dan untuk menjadi manusia Dia telah mengosongkan diri-Nya. Jadi sejak dikandung Maria dari Roh Kudus, Dia adalah Allah yang mengosongkan diri. Mengosongkan diri adalah merupakan pelepasan hak-hak dengan kerelaan berinkarnasi menjadi manusia dengan tindakan mengambil rupa seorang hamba. Hal itu berarti pembatasan diri dengan meninggalkan kemuliaan-Nya dalam kesatuan-Nya dengan Bapa. Ketaatan-Nya kepada Bapa haruslah disertai dengan kesediaan-Nya mengosongkan diri. Dalam hal mengosongkan diri dianjurkan firman Tuhan diteladani para pengikut-Nya karena Tuhan Yesus telah memberi teladan.
Rasul Paulus menasehati para pengikut Kristus agar hidup rendah hati seperti Yesus yang rela meninggalkan kemuliaan-Nya dengan cara mengosongkan diri. Syarat rendah hati adalah hal yang penting bagi pengikut Kristus untuk hidup dalam komunitas. Dalam hal ini mengosongkan diri untuk pengertian rendah hati adalah siap melepaskan hak dalam pengertian menempatkan kewajiban jauh lebih penting dari pada hak-hak. Faktanya hubungan akan menjadi rusak bila anggota suatukomunitas sibuk mengedepankan hak-haknya. (MT)
Hidup dalam komunitas harus selalu siap melepaskan hak tetapi serius melakukan kewajiban.