Rabu 27 September 2023
PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN
Bacaan Sabda : Maleakhi 3:6-18
“Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.” (Maleakhi 3:10)
Belakangan ini ada banyak kritikan pedas kepada gereja yang menghimpun dana operasional gereja dengan menggunakan sistem persembahan persepuluhan. Anehnya gereja yang dipelopori pendetanya tetap menghimpun dana melalui sistem memotivasi jemaat agar memberi justru bila perlu jauh melebihi persepuluhan asal dari kerelaan dan ketulusan hati untuk memberi. Jadi bila menggunakan sistem perpuluhan jelas ada dasar alkitabiahnya, sedangkan yang lain seperti menggunakan memotivasi jemaat justru terkesan ada unsur psikolognya. Dengan demikian jelas bahwa jemaat betul-betul rela dan tulus dan pendetanyalah yang perlu dipertanyakan ketulusannya, karena memposisikan pendeta lain salah, agar dirinya dinyatakan benar untuk menarik simpati umat.
Ada betulnya mereka mengkritik tetapi bukanlah sistemnya yang disalahkan tetapi pendetanya yang menggunakan persembahan persepuluhan itu untuk memperkaya diri. Bukan berarti pendeta tidak boleh kaya, tetapi seharusnya janganlah kaya dengan cara menggunakan persembahan persepuluhan jemaat untuk dirinya, karena banyak yang dapat diusahakan kalau ingin kaya, walaupun keinginan kaya seorang pendeta menyimpang dari kebenaran. Persembahan persepuluhan dari seluruh perolehan mereka. Hal ini adalah suatu bentuk pengakuan bahwa seluruh perolehan dan hidup umat adalah milik Tuhan atau berasal dari Tuhan juga merupakan berkat Tuhan.
Kemudian dalam penatalayanan komunitas umat Allah, bahwa persepuluhan dipergunakan untuk biaya-biaya ibadah dan persembahan untuk para imam, karena para imam dari suku Lewi pada awalnya tidak mendapat bagian warisan tanah. Sebab itu Allah memberi tanggung jawab kepada umat-Nya mengatur keuangan termasuk menyokong kelanjutan hidup dan pelayanan suku Lewi dan para imam. Di kemudian hari suku Lewi diberi warisan juga, dan para imam mulai memperkaya diri. Nabi menegur para imam yang pola hidupnya sudah menyimpang dari kebenaran cara mengelola persepuluhan. Jadi para nabi tidak menyalahkan persembahan persepuluhan, melainkan justru tetap memerintahkan. Tetapi secara tegas menegur dan mengutuk iman yang menyalahgunakan. (MT)