Minggu 17 September 2023
BERPUASA SECARA BENAR
Bacaan Sabda : Zakaria 7:1-14
“Mereka membuat hati mereka keras seperti batu amril, supaya jangan mendengar pengajaran dan firman yang disampaikan TUHAN semesta alam melalui roh-Nya dengan perantaraan para nabi yang dahulu. Oleh sebab itu datang murka yang hebat dari pada TUHAN.” (Zakaria 7:12)
Orang Yehuda masih terus mengikuti puasa wajib, tetapi justru sudah menetapkan tambahan waktu puasa untuk memperingati penghancuran bait suci oleh Nebukadnezar. Setelah bait suci dibangun mereka mulai mempertanyakan apakah masih perlu berpuasa untuk memperingati penghancuran bait suci itu. Tetapi nabi Zakaria menegur mereka bahwa pertanyaannya bukan perlu atau tidak perlu berpuasa melainkan sudahkah mereka berpuasa secara benar. Berdampakkah puasa mereka terhadap kelakuan sehari-hari? Semakin dekatkah mereka kepada Tuhan saat melaksanakan puasa? Karena faktanya bahwa umat Tuhan pada masa nabi Zakaria bernubuat mereka berpuasa dengan motivasi dan tujuan yang salah. Puasa yang mereka lakukan hanya sekedar melakukan ritual agama tanpa pemahaman yang benar. Mereka berpuasa hanya secara lahiriah yang dapat disebut sebagai pencitraan sehingga sangat tepat disebut kegiatan agama belaka atau suatu kemunafikan. Mereka haus dan lapar secara lahiriah tetapi tidak haus akan Allah dan kebenaran-Nya. Nabi Zakaria pun mengajak mreka melihat dan mempelajari kehidupan nabi-nabi terdahulu seperti nabi Yesaya, Yeremia, Yekezkiel dan Daniel.
Berpuasa adalah meresponi kasih karunia Allah dengan cara membangun kekudusan hidup dan sesama. Faktanya sesungguhnya Allah memanggil semua umat-Nya tetapi umat-Nya tidak mendengarkannya. Umat-Nya mengeraskan hati, sehingga hati mereka keras seperti batu amril. Batu amril adalah benda terkeras yang dikenal pada zaman Perjanjian Lama. Panggilan Allah yang utama adalah agar umat-Nya hidup dalam keadilan kemurahan dan kekudusan serta kepedulian terhadap sesama. Tetapi umat-Nya mengeraskan hati tak mau taat kepada panggilan Allah. Ketidaktaatan terus menerus membuat hukuman dijatuhkan dan sudah terlambat untuk bertobat.
Harapan Allah kepada umat-Nya tidaklah berubah tetap sama. Allah mengharapkan umat-Nya setia melakukan ritual agama, tetapi ritual agama yang berdampak kepada pelaku dan kepedulian kepada kesulitan dan penderitaan orang lain. Artinya Allah mengharapkan umat-Nya tidak hidup untuk diri sendiri tetapi hidupnya juga diabdikan untuk melayani sesama. (MT)