Selasa 05 September 2023
TETAP BERSUKACITA
Bacaan Sabda : Habakuk 3:1-19
“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” (Habakuk 3:17-18)
Habakuk pasal 3 ini merupakan respon Habakuk terhadap berbagai jawaban Allah atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya. Dia memutuskan untuk percaya kepada Allah yang sangat maha bijaksana dan mempunyai cara dan jalan yang tidak mungkin salah. Habakuk sangat menerima keputusan Allah menghukum Yehuda karena sebagai umat Allah seharusnya mereka jauh dari kejahatan. Dalam situasi ini Habakuk mengarahkan hidupnya berdoa, menyembah dan mengakui kedaulatan dan kebijaksanaan Allah. Melalui doanya Habakuk mengungkapkan kerinduannya kepada Allah. Dia berharap walaupun umat-Nya terhukum oleh bangsa yang jauh lebih jahat dari Yehuda Allah tetap hadir di tengah umat-Nya disertai dengan manifestasi yang baru untuk menyatakan dan mewujudkan kuasa-Nya. Habakuk sadar dan tahu bahwa tanpa Allah menyertai dan campur tangan akan kelanjutuan sejarah Yehuda, mereka akan dibinasakan orang Babel.
Kemudian Habakuk mengetahui secara pasti, bahwa hukuman atas Yehuda mengkondisikan mereka memasuki masa kesesakan yang sangat ekstrim dan membuat umat sulit untuk bertahan. Untuk itulah Habakuk sangat tekun mendoakan agar perkenanan dan kasih sayang Allah tetap kepada umat-Nya. Habakuk memberi keteladanan kepada semua hamba Tuhan sepanjang zaman. Bila gereja tergoncang oleh berbagai kesulitan yang datang dari luar dan dari dalam gereja, doa harus semakin dikumandangkan memohon agar Tuhan menyatakan diri dan kuasa-Nya. Hanya dengan kehadiran kasih dan kuasa Allah gereja dapat mengalami pembaharuan hidup dan semangat hidup.
Dalam akhir nubuatnya Habakuk menyatakan sikapnya dalam menghadapi kesulitan. Habakuk tidak khawatir akan dirinya karena dia adalah tipe seorang hamba Tuhan yang sudah beres dengan dirinya. Dia justru mengkhawatirkan umat Allah yang lain sehingga dia meratapi dan menjadi pendoa syafaat untuk mereka. Apapun yang terjadi dia akan tetap setia kepada Allah dan bersorak-sorai serta bersukacita di hadapan Tuhan. Dia menyaksikan bahwa dia melayani Allah bukan karena diberkati Allah, tetapi dia melayani Allah karena Dia yang dilayani adalah Allah dan Allah tetap Allah bagi umat-Nya walaupun umat-Nya dalam kondisi tergoncang. Allah akan tetap sumber keselamatan dan sumber kekuatan bagi umat-Nya. (MT)