Senin 30 Mei 2022
MUSA MENYONGSONG KEMATIANNYA
Bacaan Sabda : Ulangan 34:1-12
“Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN. Dan dikuburkan-Nyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini. Musa berumur seratus dua puluh tahun, ketika ia mati; matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang” (Ulangan 34:5-7
Dengan langkah pasti dan berani Musa berjalan pada jalan setapak menaiki bukit Nebo. Adalah satu-satunya yang pernah terjadi dan dilakukan seorang manusia dan pasti tidak akan ada lagi. Peristiwa ini sangat nyaring menyuarakan jangan pernah takut menghadapi kematian. Orang yang hidup bersekutu dengan Allah sudah pasti tidak takut mati. Karena iman menuntun untuk mengetahui bahwa kematian bukanlah akhir hidup melainkan awal dari hidup yang sesungguhnya. Hasilnya adalah mampu menghadapi kematian dengan damai dan sukacita.
Ada alasan Musa marah dan kecewa karena tidak diizinkan Allah memasuki Kanaan. Musa pasti mengharapkan dia mati dan dikuburkan di Kanaan tetapi itu pun tidak diizinkan Allah. Musa hanya melihat sekilas saja tanah yang dijanjikan (ayat 1-4). Tetapi itu sudah cukup bagi Musa sebelum kematiannya. Karena Musa tahu bahwa setelah kematiannya dia memasuki kota yang lebih indah yaitu tanah perjanjian abadi dan sejati yang mempunyai dasar yang direncanakan dan dibangun oleh Allah (Ibrani 11:10). Kematian Musa ini ditulis dalam kitab Ulangan, sudah pasti bukan Musa yang menulis. Diperkirakan ditulis oleh Yosua. Dimasukkan dalam kitab Ulangan untuk menghargai Musa agar kitab Taurat menulis sejarah Musa dari kelahiran hingga kematiannya.
Musa menyongsong kematiannya dengan langkah pasti ke bukit Nebo tetapi Yesus menyongsong kematiannya dengan langkah berat dan tertatih-tatih sambil memikul salib ke bukit Golgota. Musa mati untuk menikmati kehidupannya sendiri tetapi Yesus mati untuk menanggung dan menebus dosa manusia. Musa mati dengan terhormat dan dihormati Allah, karena persekutuan dan hubungannya yang intim dengan Allah dan juga pengenalannya yang baik terhadap Allah. Pentingnya mempunyai kerinduan utama untuk bersekutu dengan Allah. Dan mewujudkan kerinduannya itu untuk menyembah dan berdoa serta bersyukur kepada Allah. Hal itulah yang menuntun hidup untuk mengenal Allah. Mengenal Allah karena sesungguhnya Allah sendiri selalu bertindak memperkenalkan diri kepada manusia melalui firman-Nya.
Jadi perlu diketahui bahwa hidup mengenal Allah adalah kehormatan dan hak terbesar yang diberikan Allah kepada manusia (Yohanes 1:12). Sebab itu kehormatan dan hak ini haruslah diterima dengan menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat. Yesus adalah kebangkitan dan hidup barang siapa percaya kepada-Nya, dia akan hidup walaupun suah mati (Yohanes 11:25). Kebangkitan dari kematian adalah janji Yesus yang sudah pasti. Sebab itu kita harus mampu seperti Musa yang bersukacita dan berani menyongsong kematiannya.(MT)