Sabtu 28 Mei 2022
KETAATAN KEPADA ALLAH
Bacaan Sabda : Ulangan 32:1-51
“Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorang pun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku” (Ulangan 32:39)
Menjelang kematiannya Musa menggubah nyanyian panjang dengan kalimat-kalimat puitis berupa rangkuman pengakuan dan pengenalannya akan Allah. Ungkapan hatinya yang tulus ini bukanlah sekedar buah pikiran dan kreasinya yang tertuang deras dari hatinya. Nyanyian Musa adalah juga merupakan kidung nubuat karena menubuatkan sejarah perjalanan umat Israel ke depan jadi sangat jelas firman dan isi hati Allah terkandung dalam kidung nubuat Musa ini. Allah memakai Musa menanamkan pesan penting bahwa seluruh keberadaan umat-Nya adalah realitas kesetiaan dan kemurahan Allah. Tuhan selalu berinisiatif dan bertindak menuntun dan memelihara umat-Nya.
Kemudian dalam kidung pujian dan nubuat yang tertuang dalam nyanyian Musa ini, menjelaskan tanggapan umat kepada kemurahan Allah yang sebagian besar tidak sesuai dengan kehendak Allah. Karena terdiri atas sikap fasik dan kebodohan (ayat 5:6). Itulah sebabnya dalam akhir nyanyian Musa ini mengingatkan umat Tuhan bahwa setiap ketidaksetiaan, pemberontakan dan kemurtadan akan selalu mendatangkan hukuman yang keras bagi pelakunya. Jadi sesungguhnya Allah sangat mengharapkan umat-Nya tetap setia bukan untuk kepentingan Allah melainkan untuk kepentingan umat-Nya. Karena Allah akan menyatakan kasih dan kuasa-Nya serta eksistensi-Nya kepada dunia melalui hidup umat yang setia kepada-Nya.
Ada hal yang sangat menarik dalam nyanyian Musa berkaitan dengan tanggapan umat yang salah terhadap kebaikan Allah. Dalam ayat 15 dinyatakan bahwa kemakmuran menjadi faktor utama membuat Israel melupakan Allah dan terjatuh kepada penyembahan berhala. Mungkin saja pada saat itu umat Israel tidak setuju dengan kidung nubuat Musa tetapi fakta sejarah umat Israel telah membuktikan bahwa pada saat-saat hidup dalam kemakmuran umat Allah berpaling mudah melupakan Allah dan dilanjutkan dengan berhenti mencari wajah-Nya. Kondisi tak menguntungkan dan keadaan buruk justru membuat umat menghampiri Allah dengan kehidupan doa yang sungguh-sungguh. Pola hidup umat Allah yang lupa Tuhan saat kemakmuran dan mencari Tuhan saat dilanda kesulitan bukanlah pola hidup iman yang baik. Raja Daud dan raja Salomo menyadari pola hidup yang buruk ini tidak baik sehingga berdoa “Tuhan jangan berikan aku sukses yang membuatku melupakan-Mu tetapi jangan biarkan aku gagal yang membuatku menghujat-Mu”. Maksudnya adalah dalam keadaan apapun dan bagaimanapun biarlah aku bersyukur dan berharap kepada-Mu. (MT)