Kamis 19 Mei 2022
PERCERAIAN SUAMI ISTRI
Bacaan Sabda : Ulangan 24:1-22
Apabila seseorang mengambil seorang perempuan dan menjadi suaminya, dan jika kemudian ia tidak menyukai lagi perempuan itu, sebab didapatinya yang tidak senonoh padanya, lalu ia menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu, sesudah itu menyuruh dia pergi dari rumahnya” (Ulangan 24:1)
Perceraian adalah hal yang paling buruk dalam sebuah pernikahan. Tetapi karena dosa telah merusak hati dan pikiran manusia, konsepnya terhadap kekudusan pernikahan itu ikut menjadi rusak. Sehingga seakan-akan Allah setuju perceraian. Hal itulah yang dipertanyakan oleh orang-orang Yahudi kepada Yesus seperti yang tertulis dalam Matius 19. Yesus memberi jawaban cukup tegas bahwa yang dipersatukan Allah tak boleh diceraikan manusia. Mereka pun melancarkan pertanyaan berikutnya “Kalau begitu mengapa Musa memberi surat cerai?” Pertanyaan ini didasari oleh firman Tuhan yang tertulis dalam Ulangan 24 ini. Yesus pun menjawab Musa memberikan surat cerai bukanlah untuk membolehkan percerian, melainkan keterpaksaan karena kekerasan hati umat.
Percerian sudah sering terjadi jadi haruslah dibuat aturan supaya jangan menjadi liar. Surat cerai adalah sikap memilih yang salah dalam pengertian yang paling minim salahnya daripada membiarkan liar yang berakibat kesalahan yang lebih besar dan berdampak lebih buruk. Jadi firman Tuhan tetap tegas melarang percerian karena idealnya adalah tetap saling setia dan hanya kematianlah alasan satu-satunya perceraian. Tetapi kehidupan yang ideal tak akan dapat lagi ditegakkan karena manusia sudah berdosa. Jadi bila terjadi perceraian pastilah merupakan pelanggaran terhadap norma yang sudah ditetapkan Allah sebagai standar pernikahan Kristen. Faktanya sampai sekarang perceraian dalam gereja Tuhan tetap saja terjadi, bukan karena boleh tetapi karena kekerasan hati manusia. Gereja tidak akan pernah menerbitkan surat cerai, tetapi surat cerai dibutuhkan untuk melegalkan perceraian. Untuk itu negara memberi surat cerai kepada warga gereja yang bercerai setelah melalui pengadilan.
Pertanyaan sekarang adalah bolehkah gereja menikahkan dan memberkati jemaat yang sudah bercerai? Jawabannya adalah bukanlah soal boleh atau tidak boleh, melainkan memberi solusi kepada pasangan yang sudah bercerai agar tidak menjadi rumah tangga yang liar dan tidak legal. Maleakhi 2:16 “Sebab Aku membenci perceraian, firman Tuhan, Allah Israel…” Allah tetap membenci perceraian, karena selalu dilatarbelakangi oleh egoisme tak terkendali. Perceraian selalu sarat dengan nilai buruk seperti ketidakadilan, kekejaman bahkan merupakan pembunuhan karakter orang yang diceraikan”. (MT)