Rabu 18 Mei 2022
MEMASUKI JEMAAH TUHAN
Bacaan Sabda : Ulangan 23:1-25
“Janganlah engkau menganggap keji orang Edom, sebab dia saudaramu. Janganlah engkau menganggap keji orang Mesir, sebab engkau pun dahulu adalah orang asing di negerinya. Anak-anak yang lahir bagi mereka dalam keturunan yang ketiga, boleh masuk jemaah TUHAN.” (Ulangan 23:7-8)
Masuk jemaah Tuhan adalah memasuki ibadah berjamaah dalam pengertian bersama membangun hubungan dengan Allah. Allah berjanji akan hadir di tengah persekutuan umat-Nya. Kehadiran Allah adalah alasan agar umat yang mengikuti ibadah berjemaah itu, datang dengan hati yang bulat dan tulus. Dalam ayat-ayat pertama pasal 23 ini, melarang orang-orang tertentu memasuki jemaah Tuhan, antara lain orang yang hancur buah pelirnya dan bangsa-bangsa tertentu. Bagi umat Perjanjian Baru atau gereja Tuhan tidak lagi menerima pesan ini secara harafiah, karena di balik pesan itu ada pemahaman yang harus diartikan karena berlaku abadi. Sedangkan bagi umat Israel diartikan secara harafiah karena merupakan simbol yang harus dipahami umat Perjanjian Baru dalam terang firman Allah secara menyeluruh dari Kejadian sampai Wahyu.
Umat yang memasuki jemaah Tuhan haruslah dengan hati yang tulus dan jiwa yang utuh. Umat yang hanya sekedar ikut-ikutan diharapkan jangan memasuki jemaah Tuhan. Kemudian orang yang bermotivasi selain untuk memuliakan dan menyembah serta bersyukur kepada Tuhan sebaiknya tak memasuki jemaah Tuhan. Dalam hal ini ketidaklayakan harus pula diartikan sebagai kesia-siaan. Karena bila datang mengikuti ibadah berjemaah dengan hati yang tidak tulus dan bermotivasi yang salah, dia pasti tidak memperoleh apa-apa bahkan kemungkinan besar akan kecewa. Kemudian ada hal yang kelihatannya sangat kontradiktif. Dalam ayat 3 jelas bahwa orang Amon dan Moab tidak boleh memasuki jemaah Tuhan sampai keturunan kesepuluh. Sedangkan dalam ayat 7 dibolehkan pada keturunan ke tiga.
Menanggapi hal ini perlu kita pahami Allah ingin menjelaskan bahwa dalam sejarah akan selalu terjadi perubahan dalam hal-hal yang tidak prinsip. Allah mengikuti perubahan itu demi keselamatan manusia. Allah berdaulat mengijinkan perubahan itu terjadi. Bahkan dalam perkembangan berikutnya, Allah justru mengundang semua orang dari semua bangsa untuk beribadah kepada-Nya. Lebih jelasnya Injil keselamatan haruslah diberitakan kepada semua orang tanpa membedakan suku, bangsa, budaya dan bahasa. Ibadah berjemaah adalah merupakan pernyataan rasa syukur kepada Allah. Semua umat yang sudah beroleh keselamatan tentu mempunyai gairah untuk bersyukur kepada Allah melalui ibadah berjemaah. Tentu saja dengan hati yang tulus agar layak dan tidak sia-sia. (MT)