Kamis 12 Mei 2022
PEMIMPIN TERUS BELAJAR
Bacaan Sabda : Ulangan 17:1-20
“Apabila ia duduk di atas takhta kerajaan, maka haruslah ia menyuruh menulis baginya salinan hukum ini menurut kitab yang ada pada imam-imam orang Lewi. Itulah yang harus ada di sampingnya dan haruslah ia membacanya seumur hidupnya untuk belajar takut akan TUHAN, Allahnya, dengan berpegang pada segala isi hukum dan ketetapan ini untuk dilakukannya” (Ulangan 17:18-19)
Bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah haruslah tetap menjadi suatu komunitas yang menjaga kesuciannya. Setiap kesalahan harus dihukum tak boleh membiarkannya. Membiarkan kesalahan berarti ambil bagian dalam kesalahan itu. Itulah sebabnya Allah membuat hukum dan sekaligus cara untuk mengeksekusi bila terjadi kesalahan.
Beberapa kesalahan yang harus segera ditangani dengan tegas salah satunya adalah kesalahan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Kesalahan ini adalah pelanggaran moral atau dosa seksual seperti perzinahan dan percabulan. Kemudian dosa penyembahan berhala harus ditindak dengan tegas. Dua pelanggaran ini dipandang Allah sebagai dosa yang merusak kesucian persekutuan atau komunitas umat Allah sehingga harus dihukum dengan cara melemparnya dengan batu sampai mati. Suatu hukuman yang sangat tegas dan terkesan kejam dan tidak manusiawi. Bila dalam gereja Tuhan zaman sekarang di negara Indonesia tentu penerapan hukuman ini sudah tidak mungkin dilakukan karena terikat dengan hukum yang berlaku. Tetapi esensinya haruslah terus diterapkan. Pesan Allah yang berlaku abadi termasuk dalam gereja Tuhan adalah komunitas pengikut Kristus haruslah terus menjaga kesuciannya sehingga haruslah mendisiplin setiap pelanggaran moral yang berpotensi merusak kesucian komunitas pengikut Kristus. Jadi jemaat lokal haruslah mendisiplin anggota jemaat yang melakukan pelanggaran moral. Apalagi bila yang melakukan pelanggaran itu adalah pendeta maka disiplin harus lebih berat dan harus segera dilakukan atau dieksekusi. Membiarkannya adalah sikap setuju dengan pelanggarannya.
Lebih tegasnya adalah adanya hukum khusus untuk seorang raja. Mulai dari pemilihan seorang raja serta kewajiban seorang raja. Peraturan untuk seorang raja tidak menyinggung tentang pelanggarannya. Dalam hal ini bukan berarti seorang raja atau pemimpin bebas melakukan pelanggaran. Karena seorang raja haruslah takut kepada Tuhan. Kemudian harus menulis segala sesuatu kejadian termasuk yang menyangkut kehidupan seorang raja. Dan seorang raja haruslah setia dan tekun membaca kitab suci yang tertulis agar kebenaran terus melekat dalam hati dan pikirannya. Dalam hal ini firman Tuhan sudah sejak dini memberi tanda khusus bagi seorang pemimpin agar siapapun yang mau menjadi seorang pemimpin harus betul-betul membangun diri agar dapat memberi dan mengabdikan dirinya lebih baik dan tentu lebih kudus dari orang yang dipimpinnya. (MT)