Minggu 08 Mei 2022
MENCEGAH DAMPAK PENYEMBAH BERHALA
Bacaan Sabda : Ulangan 12-13
“Kamu harus memusnahkan sama sekali segala tempat, di mana bangsa-bangsa yang daerahnya kamu duduki itu beribadah kepada allah mereka, yakni di gunung-gunung yang tinggi, di bukit-bukit dan di bawah setiap pohon yang rimbun”. (Ulangan 12:2)
Bila umat Israel sudah memasuki negeri perjanjian maka yang harus mereka lakukan adalah menumpas dan menghalau habis penduduk bangsa-bangsa yang sudah menempati negeri perjanjian. Suatu perintah yang mungkin sulit diterima oleh Musa tetapi Musa sudah sangat mengetahui bahwa Allah tidak mungkin salah. Allah berdaulat dan Mahatahu sehingga perintah-Nya mutlak benar karena mengetahui sejarah manusia jauh ke depan. Musa menjelaskan semua perintah itu kepada seluruh umat tetapi lebih khusus lagi kepada Yosua yang akan menggantikannya memimpin umat Israel menyeberangi sungai Yordan. Perintah yang mengikuti perintah sebelumnya adalah umat Israel harus memusnahkan semua tempat termasuk mesbah yang merupakan fasilitas yang dipakai bangsa-bangsa penyembah berhala untuk berbakti kepada sesembahannya. Allah sangat mengetahui bahwa membiarkan mezbah penyembahan bangsa kafir akan menggoda bangsa Israel melakukan penyembahan kepada berhala. Umat Israel haruslah terus setia menyembah Allah baik dalam keluarga maupun di tempat-tempat khusus yang disediakan dan diperintahkan Allah melakukan ibadah bersama atau ibadah berjamaah. Tetapi yang merupakan tempat kehadiran-Nya untuk menegakkan nama-Nya suatu tempat dimana firman-Nya diwartakan. Musa sudah mengingatkan bahwa di tengah umat Allah akan bermunculan juga nabi-nabi yang menyeret banyak orang untuk terlibat penyembahan berhala. Sikap paling tepat menghadapi para nabi-nabi palsu ini adalah menolak semua ajakan dan ajaran mereka. Allah mengijinkan situasi ini terjadi untuk menguji kesungguhan umat-Nya percaya Allah dan firman-Nya. Allah sudah memberitahukan bahwa para nabi palsu ini akan melakukan berbagai mujizat agar ajaran yang salah lebih dapat dipercaya. Jadi mujizat ternyata bukanlah ukuran atau standar untuk kebenaran. Sampai sekarang dan selamanya standar kebenaran adalah Firman Allah bukan mujizat bukan pula keberhasilan. Para nabi palsu dari dulu sampai jauh ke depan sepanjang berjalannya sejarah manusia mempunyai cara kerja yang sama. Mereka akan selalu memutarbalikkan kebenaran serta melakukan berbagai perbuatan ajaib untuk membenarkan pengajaran salah yang menyimpang dari firman Tuhan. Sebab itu orang percaya harus bertekad menjadikan firman Allah sebagai standar kebenaran. Jangan pernah menjadikan mujizat, nubuat para pengkhotbah akhir zaman sebagai tanda kebenaran. Setialah kepada firman Allah. (MT)