Selasa 26 Januari 2021
BAHASA – BAHASA ROH
Bahasa : – Bahasa Roh – Bahasa asing – Karunia
Bacaan Sabda : Kisah Rasul 2:1-13
1 Korintus 14:39-40 “Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh. Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.”
Bahasa sebagai alat komunikasi tetaplah juga sebagai alat pemersatu yang sangat penting. Kesombongan manusialah yang membuat manusia mempersulit dirinya untuk berkomunikasi. Bila manusia ingin mempunyai komunikasi yang luas maka harus belajar untuk mempelajari banyak bahasa. Bahasa manusia bisa dipelajari tetapi ada bahasa yang tidak bisa dipelajari yaitu bahasa Roh yang juga sering disebut bahasa lidah atau glosaloia. Bahasa Roh bukanlah bahasa sebagai alat komunikasi yang bisa dipelajari karena bahasa ini adalah karunia Allah. Allah sendirilah yang mengendalikan pikiran dan lidah orang-orang yang sedang berbahasa lidah. Jadi bila ada seseorang yang mengajarkan bahasa lidah kepada orang lain sudah dapat dipastikan hal itu adalah kesalahan.
Menterjemahkan bahasa Roh juga adalah karunia bukanlah kemampuan, bukan pula sesuatu yang dapat dipelajari. Ajakan “Mari kita berbahasa Roh” perlu juga dikritisi, perlukah? Bolehkah? atau Benarkah?. Tentu perlu kehati-hatian untuk menyikapinya agar terhindar dari kemungkinan melakukan tindakan memadamkan Roh. Tetapi secara pribadi saya belum pernah dan belum berani melakukannya. Rasul Paulus mengakhiri penjelasannya panjang lebar mengenai karunia-karunia Roh dengan dua perintah “Usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia bernubuat dan jangan melarang orang berkata-kata dengan bahasa Roh”. Melarang orang berkata-kata dengan bahasa Roh sama saja dengan memerintahkan orang berbahasa Roh. Jadi sama salahnya.
Dalam peristiwa murid-murid yang dipenuhi Roh Kudus disertai dengan manifestasi berbahasa asing adalah bagian dari kenyataan bahwa berbahasa Roh itu adalah fakta yang sesuai dengan Alkitab atau firman Allah. Hanya saja dalam kisah ini para pendengar yang berdatangan dari beberapa negara dan bahasa, mengerti bahasa Roh yang dialami oleh para rasul. Ada yang menafsirkan bahwa pendengarlah yang diberi karunia mendengar bukan para rasul yang diberi karunia berbahasa Roh atau bahasa asing. Tentu tafsiran ini lebih banyak bernuansa duga-duga. Sebab Alkitab menyatakan para Rasullah yang dipenuhi Roh Kudus disertai dengan manifestasi berbahasa asing sesuai dengan karunia Roh itu kepada mereka.
Jadi firman Tuhan haruslah tetap ditaati. Boleh saja tidak setuju praktek bernubuat dan berbahasa Roh karena terkesan bernubuat yang dibuat-buat dan berbahasa Roh yang terkesan meniru-niru. Tetapi tetaplah jangan menganggap rendah nubuat dan jangan melarang orang berbahasa Roh. (MT)
Hati-hati mengkritisi orang yang berbahasa Roh, karena berpotensi memadamkan Roh.