Kamis 30 Mei 2019
BANGGA MENJADI KRISTEN
Yosua 11 – 12; Ayub 26; Kisah Para Rasul 11:1-18
Ayat Mas / Renungan
Kisah Para Rasul 11:25-26 “Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.”
Pelayanan Petrus memberitakan Injil dan membaptis Kornelius seharusnya adalah kabar yang sangat menggembirakan. Tetapi karena pemahaman yang masih sarat dengan konsep keyahudian sebagian orang percaya mempermasalahkannya. Pada saat itulah Petrus menyaksikan pengalaman spiritualnya. Kebenaran baru tersingkap pada saat itu juga. Bahwa Injil tidak boleh lagi disekat-sekat oleh kesukuan tetapi haruslah diberitakan ke semua orang. Sebenarnya Petrus adalah sosok yang sangat Yehudacentris, tetapi khotbahnya cukup tegas membungkam semua yang keberatan atas pelayanannya kepada keluarga Kornelius. Lebih tegasnya Petrus menjelaskan suatu kenyataan bahwa Allah membaptis dengan Roh Kudus penerima Injil non-Yahudi. Tersebarnya Injil bersamaan dengan semakin semaraknya penganiayaan kepada orang percaya. Penganiayaan memaksa jemaat terpencar untuk menyelamatkan diri. Tetapi bukan berarti mereka berhenti memberitakan Injil. Ternyata justru penganiayaan itu adalah sesuatu yang diijinkan Allah agar Injil semakin cepat tersebar. Injil pun sampai ke Antiokhia. Di Anthiokhialah pertama kalinya orang percaya itu disebut Kristen.
Istilah Kristen itu pada awalnya mempunyai pengertian hamba dan pengikut Kristus. Hamba sebenarnya sebagai suatu sebutan untuk merendahkan. Karena hamba adalah merupakan status rendah. Jadi saat seorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamatnya, dia telah melepaskan status terhormatnya sebagai yahudi. Tetapi orang percaya menerima status itu dengan penuh sukacita. Karena dalam kenyataan bahwa gereja mula-mula adalah umat Allah yang sangat gemar melayani sebagai seorang hamba yang menyenangkan hati Yesus sebagai tuannya.
Tujuan umum menyebut orang percaya sebagai kristen atau pengikut Kristus adalah juga memberi stigma sebagai kelompok yang layak dianiaya. tetapi justru orang percaya menerimanya dengan sangat bangga. Bangga karena dalam kata Kristen terkandung pengertian betapa intimnya hubungan orang percaya dengan Kristus. Sebab itu kita tidak boleh membiarkan kata Kristen ini menjadi sesuatu kata yang kehilangan maknanya. Kristen bukanlah sekedar agama belaka. Dalam kata kristen itu terkandung ide tentang hubungan intim orang percaya dengan kristus dan firman-Nya haruslah menjadi kekuasaan utama yang menjadi pengharapan tunggal hidup dan masa depan kita. (MT)
Dalam kata Kristen terkandung ide kedekatan orang percaya dengan Kristus.