Kamis 23 Mei 2019
ALLAH MENGIJINKAN
Ulangan 31 – 32; Ayub 19; Kisah Para Rasul 7:23 – 8:1
Ayat Mas / Renungan
Ayub 19:25-27 “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. “Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah, “yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.”
Manusia saleh seperti Ayub bisa juga salah paham kepada Allah karena penderitaan berkepanjangan. Dia menuduh Allah penyebab langsung penderitaannya. Dia juga menuduh Allah telah memusuhinya dengan cara menyiksa tubuh dan melukai jiwanya. Ayub gagal memahami bahwa sesungguhnya iblislah dan bukan Allah yang menjadi sumber musibah berat dan berkepanjangan yang menimpa dirinya. Betul Allah mengijinkan tetapi iblislah pelakunya. Allah mengijinkan untuk menguji dalam rangka meningkatkan kualitas iman Ayub. Iblis mencobai dengan tujuan menghilangkan iman dan ketaatan Ayub kepada Allah. Pesan pengalaman Ayub ini pada pengikiut Kristus adalah jangan menyalahkan Allah atas apa yang diijinkan-Nya terjadi kepada kita. Di dunia ini selalu saja terjadi banyak kejahatan yang menyulitkan. Umat-Nya perlu tahu bahwa Allah tidak senang meyaksikan semuanya itu. Bila akhirnya menimpa umat-Nya Dia sedih menyaksikan itu, tetapi sampai batas kemampuan umat-Nya Dia ijinkan terjadi. Dia menyaksikan umat-Nya mengaduh dan mengeluh, tetapi juga menunggu umat-Nya minta tolong serta mengungkapkan isi hatinya dengan bebas. Ayub mengaduh, mengeluh terkadang menyalahkan Allah tetapi pada klimaks penderitaannya dia juga mengungkapkan isi hati dengan pengakuan dan pernyataan imannya kepada Allah. Ayub berkata “Aku tahu: Penebusku hidup”. Di puncak kesakitan dan penderitaannya, dia percaya bahwa pada akhirnya Allah akan membela dan menebusnya. Penebus adalah sahabat yang mengasihi dan mendampingi serta menolong pada masa kesulitan.
Di kedalaman hatinya Roh Kudus memakai Ayub menubuatkan kedatangan Yesus penebus yang akan bangkit dari kematian untuk menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Tentu ini adalah pukulan mematikan bagi iblis yang mulai sadar akan kegagalannya menjatuhkan Ayub. Ayub melanjutkan pernyataan iman berikut dengan berkata “Tanpa daging pun aku akan melihat Allah”. Ayub justru menyatakan kematian tak akan memisahkannya dari Allah. Ayub mulai mengabaikan kondisi tubuhnya. Artinya setelah tubuhnya mati rasa, rohnya melihat dan menyaksikan Allah. Kerinduan yang kuat untuk melihat Allah menjadi jauh lebih penting dari merasakan sakit tubuhnya, secara perlahan tetapi pasti Ayub mulai menyatakan imannya yang semakin terang benderang. Allah mengijinkan membuat iman Ayub semakin meningkat tanda kegagalan iblis mencobai Ayub untuk menjatuhkan. (MT)
Jangan salahkan Allah tetapi setialah kepada Allah atas segala yang diijinkannya.