Senin 20 Mei 2019
PENDAMPINGAN BUKAN PENGHAKIMAN
Ulangan 25 – 27; Ayub 16; Kisah Para Rasul 5:17-24
Ayat Mas / Renungan
Ayub 16:19-21 “Ketahuilah, sekarang pun juga, Saksiku ada di sorga, Yang memberi kesaksian bagiku ada di tempat yang tinggi. “Sekalipun aku dicemoohkan oleh sahabat-sahabatku, namun ke arah Allah mataku menengadah sambil menangis, “supaya Ia memutuskan perkara antara manusia dengan Allah, dan antara manusia dengan sesamanya.“
Ketika Ayub menderita hebat dia membutuhkan pendampingan yang erat bukan penghakiman yang kuat. Ternyata yang terjadi adalah sebaliknya. Tidak ada pendampingan dari sahabat-sahabat dan istrinya. Malah yang terjadi adalah sahabat-sahabatnya menghakiminya dengan sangat gencar tanpa sedikitpun menjaga perasaannya. Istrinya berusaha menjauhkannya dari Allah. Hal-hal yang menghakimi Ayub membuatnya berusaha membenarkan diri. Bukan hanya itu saja, bahwa tuduhan sahabat-sahabat tanpa dasar yang jelas sempat juga melukai hatinya. Dia terlibat dengan sikap menuduh Allah sebagai penguasa kejam yang menghukumnya atas kesalahan yang tidak dia tahu sama sekali. Padahal sebelumnya Ayub mengenal Allah sebagai Bapa pemurah dan sempurna dalam kasih. Tuduhan sahabat-sahabatnya bahwa Ayub mempunyai dosa dan kesalahan tersembunyi justru menutup matanya tidak mampu melihat kesalahan dan kekurangan dirinya. Hal itu terjadi karena dia sibuk membela diri. Dia pun berkeyakinan bahwa kehidupannya benar dan bersih. Sempat pula dia menuduh Allah tidak adil.
Tuhan Yesus sendiri melarang orang percaya dan para pengikutnya agar jangan pernah menghakimi. Karena siapapun yang dihakimi akan selalu sibuk membela diri sehingga menjadi gagal mengetahui kesalahan dan kelemahannya. Untungnya bila Ayub sudah ditinggalkan sahabat-sahabatnya dia merenungi kehidupannya dengan jujur, sehingga dia memohon ampun kepada Allah karena dia berhasil menemui kesalahannya. Dia ternyata tetap berpegang teguh kepada kepercayaannya bahwa Allah itu adil adanya. Dia mendamba bertemu langsung dengan Allah yang dipercaya. Kalau pun dia bertemu dengan sesama dia merindukan kehadiran seseorang yang mendampingi dan membelanya. Melalui pengalaman pahitnya Ayub menyatakan kebenaran kepada sahabat-sahabat yang selalu saja menghakiminya “ketahuilah sekarang juga, saksiku ada di sorga, yang memberi kesaksian bagiku ada di tempat yang tinggi” (Ayub 16:19).
Secara perlahan tetapi pasti Ayub berhasil menguasai semua keragu-raguannya kepada Allah. Secara mendalam dia tetap merasakan kebaikan Allah melalui penderitaannya. Ketika dia dihakimi dan dituduh manusia, hasilnya adalah semakin menikmati pembelaan Allah. Kerinduan Ayub adalah kerinduan kita yang sudah terkabul melalui Yesus menjadi Pembela Agung kita. (MT)
Bukan penghakiman yang membuat seseorang menyadari kesalahan, tetapi pendampingan membuat seseorang merasa tenang.