Sabtu 18 Mei 2019
ARTI SEBUAH PENDERITAAN
Ulangan 21 – 22; Ayub 14; Kisah Para Rasul 4 : 23 – 37
Ayat Mas / Renungan
Ayub 14:13-14 “Ah, kiranya Engkau menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati, melindungi aku, sampai murka-Mu surut; dan menetapkan waktu bagiku, kemudian mengingat aku pula! “Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku, sampai tiba giliranku”
Pada klimaks penderitaannya saat sakit tubuhnya tak tertahankan Ayub betul-betul mengharapkan kematian. Tetapi justru menjelaskan bahwa Ayub betul-betul mengerti arti kematian. Ayub mengetahui bahwa kematian seseorang bukanlah sekedar peristiwa alami, bila seseorang sudah tua dia pasti akan mati. Dia juga mengetahui bahwa kematian bukanlah suatu tragedi, bila seorang sudah sampai puncak rasa sakit dia pasti mati. Ayub mengetahui dan mengakui kematian seseorang adalah merupakan keputusan Allah. Allah sendirilah yang menetapkan bagaimana dan kapan seseorang akan mati. Itulah sebabnya Ayub berdoa agar Allah menyembunyikannya dalam dunia orang mati. Ayub menyakini bahwa hidup mati seseorang ada ditanganAllah. Selanjutnya Ayub mengemukakan pertanyaan dengan kalimat yang puitis “kalau manusia mati dapatkah ia hidup lagi?”. Suatu pertanyaan puitis nan penuh makna yang langsung disusul dengan jawaban. “maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku sampai tiba giliranku”. Suatu jawaban penuh makna adalah selama dia hidup maka dia menaruh harap kepada Allah. Selama Ayub hidup dia tak pernah berhenti memaknai arti kehidupan yang sesungguhnya. Bila tiba saat yang ditentukan setiap orang beriman yang selama hidup berharap kepada Allah, akan dipanggil.
Jadi menurut Ayub kematian adalah menuruti panggilan untuk hidup abadi bersama Allah. Ayub berulang-ulang mengungkapkan harapan akan kebangkitan dari kematian. Tidak salah bila rasul Paulus menyatakan bila kita tidak percaya akan kebangkitan orang mati kita adalah orang termalang di dunia. Jadi arti terdalam dalam hidup kekristenan bukanlah hidup di bumi kini. Betul kita menikmati indahnya penyertaan Allah di bumi yang fana ini, tetapi penyertaan Allah yang hanya secuil dari indah dan megahnya penyertaan Allah yang abadi setelah kematian. Pengharapan-pengharapan abadi inilah yangmenguatkan Ayub menghadapi penderitaan-penderitaan bertubi-tubi yang menerpanya.
Mungkin saja tanpa penderitaannya Ayub tidak akan pernah menaruh harap akan adanya kehidupan abadi setelah kematiannya. Karena ada juga betulnya kemapanan sering membuat orang percaya lupa kekekalan dan kebahagiaan duniawi sering membuat orang percaya lupa akan sukacita abadi. (MT)
Penderitaan itu bukanlah lawan dari kenyamanan tetapi penderitaan menyadarkan indahnya kebahagiaan.