Minggu 05 Mei 2019
PUISI DRAMATIS NAN FAKTUAL
Bilangan 30 – 31; Ayub 1; Matius 25:1-30
Ayat Mas / Renungan
Ayub 1:20-22 “Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, “katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” “Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.”
Ayub adalah sosok yang dapat dijadikan teladan dalam hal merespon kesulitan dan perderitaan yang datang secara tiba-tiba menerpa kehidupan. Kasus yang dihadapinya dapat juga dijadikan menjadi refrensi kuat untuk menjawab pertanyaan abadi “jikalau Allah itu adil dan Mahakasih, mengapa dia mengijinkan orang benar harus menderita?”. Padahal Ayub adalah seorang tokoh dari tanah Us yang menjadi wilayah Edom. Jadi latar belakang sejarah Ayub sangat bernuansa Arab bukan Ibrani. Kitab Ayub dimasukkan ke dalam kelompok Kitab sastra puitis tetapi isinya adalah fakta sejarah kehidupan dramatik membuat pembahasan mengenai penderitaan tersaji secara mendalam. Dalam kasus Ayub ini peranan iblis menggoda dan mencobai manusia tersaji dengan baik. Tetapi juga menjelaskan bahwa iblis tidak dapat berbuat apa-apa tanpa seijin Allah. Iblis ternyata mengenal Ayub sebagai seorang yang saleh, seorang yang baik dan takut kepada Allah. Atas seijin Allah maka iblis mencobai Ayub. Yang terus menjadi perdebatan terbuka adalah mengapa Allah mengijinkan ibllis mencobai Ayub melalui penderitaan yang sangat ekstrim? Dimulai dari sikap sahabat-sahabat Ayub. Ternyata sampai sekarang pun masih ada usaha-usaha yang dilakukan hamba Tuhan tertentu untuk mencari tahu kesalahan Ayub. Mereka berpendapat mustahil seseorang menderita kesulitan hebat seperti Ayub tanpa kesalahan. Tetapi biasanya mereka semua gagal karena bila ada faktor kesalahan Ayub bukanlah kesalahan sebelum dia dicobai iblis. Kalaupun ada kesalahan Ayub adalah kesalahannya meresponi penderitaannya. Itupun hanya kesalahan bukan suatu kejahatan.
Menurut penulis ada dua kesimpulan yang cukup baik dikemukakan hamba Tuhan yang berusaha menafsir, dalam rangka mencari makna Kitab Ayub sebagai kitab puisi dramatis dan fakta pengalaman seorang beriman :
- Penderitaan orang benar diijinkan Allah terjadi untuk menghancurkan niat jahat iblis. Dalam hal ini Ayub menghadapi masa sulit dengan sikap memperdalam makna imannya.
- Allah terus berkarya melalui pengalaman orang benar dan baik agar semakin benar dan baik. Dalam hal ini Ayub menghadapi masa sulit dengan sikap praktis meningkatkan kekudusan moral dan kebaikan perilakunya. Hal ini memberi pesan bahwa Allah tidak setuju dengan sikap stagnan atau berhenti membangun moral dan karakter atas nama sudah puas dan cukup. (MT)
Penderitaan orang benar membuat yang benar dan baik semakin benar dan baik.