Jumat 08 Juni 2018
HADAPI DENGAN BERANI
Filipi 4:1
Pada saat itu posisi hidup kerohanian penulis betul-betul sangat baik. Tidak heran bila hidup dengan semangat yang membara. Tiba-tiba saja seorang ibu mengeluh dengan wajah yang sedag ketakutan memohon advis agar dia berani menghadapi kesulitan yang sedang menerpanya. Mungkin karena kondisi kerohanian yang sedang baik, dengan ringannya saya memulai advis saya dengan berkata “ibu tidak perlu kuatir” Tiba-tiba saja sang ibu marah besar kepadaku, dengan kata-kata menyerangku sebagai sosok yang tidak berperasaan. Dia menumpahkan segala kegalauan hati dan permasalahannya kepadaku. Dia menjelaskan sikap suaminya yang tidak setia, pendidikan anak-anaknya yang terancam putus dan kontakan rumah yang hampir berakhir.
Posisiku sebagai guru BP, harus setia mendengar semua keluhannya. Di akhir curahan hatinya sang ibu dengan suara yang meninggi mengatakan “Kalau bapak ada pada posisi saya, pasti kuatir juga bukan?” Aku terdiam sejenak sambil mengangguk menyatakan rasa empati atas kesulitan yang menerpa sang ibu. Kemudian melanjutkan dengan menjelaskan bahwa “tidak perlu kuatir” bukanlah pendapatku tetapi adalah firman Tuhan. Yang berlaku juga kepadaku. Jadi karena ini adalah firman Tuhan maka aku pun harus mengatakannya. Ibu itu kemudian mulai menaruh perhatian kepada pembicaraanku berikutnya. Perkataan ini bersumber dari Paulus seorang rasul yang menjadi tahanan di Roma dengan tuntutan hukuman mati.
Rasul Paulus tidak pasrah tetapi dia sedang membuat permohonan ke kaisar agar tuntutan hukuman mati terhadapnya dibatalkan. Dalam kondisi seperti itulah rasul Paulus memberi semangat kepada semua yang mengadapi kesulitan sepanjang sejarah manusia dengan berkata: “jangan hendaknya kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Tuhan dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur “ melihat dari kondisi yang dihadapinya sangat jelas bahwa Roh Kuduslah yang menuntun rasul Paulus untuk menuliskannya. Satu-satunya yang dapat menghalau kekuatiran adalah doa. Karena doa memperbaharui keyakinan dan membangkitkan semangat.
Dengan berdoa dapat menyerahkan kecemasan dan persoalan kepada Allah. Doalah yang memberi damai sejahtera karena doa mengawal hati dan pikiran. Hal itu terjadi karena doa adalah persekutuan dengan Allah. Itulah sebabnya Allah memberi kekuatan dan keberanian kepada orang berdoa dalam menghadapi segala perkara dalam kehidupan. Berdoa kepada Allah adalah sumber keberanian dalam menhadapi segala kemungkinan termasuk kemungkinan terburuk.
- M1 – Menerima : Terimalah firman sebagai karakter yang harus diperjuangkan.
- M2 – Merenungkan : Saat membaca ijinkan Firman menyentuh hati saudara.
- M3 – Melakukan : Jadilah pemberani.
- M4 – Membagikan : Sharingkan indahnya hidup menjadi pemberani.