Pesan Minggu Ini

BERTUMBUH MELALUI PENCOBAAN

Katanya: ”Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.” (Ayub 1:21-22)

Ayub adalah seorang yang hidup saleh dan takut akan Allah. Namun, dalam kehendak-Nya, Allah mengizinkan Ayub mengalami pencobaan yang sangat berat, yang terjadi dalam waktu yang begitu singkat. Pada awal saya membaca kitab Ayub, saya sulit menerima kenyataan bahwa Allah sendiri mengizinkan iblis mencobai Ayub. Sebab, secara manusiawi, tidak ada alasan yang tampak cukup kuat untuk membuat Ayub harus mengalami penderitaan sedemikian rupa—kehilangan harta, anak-anak, dan kesehatannya.

Bukankah Allah adalah Pribadi yang penuh kasih dan menginginkan umat-Nya hidup dalam damai sejahtera? Benar. Tetapi kasih Allah tidak menghilangkan keadilan dan kebijaksanaan-Nya. Allah memang mengasihi umat-Nya, tetapi dalam kasih-Nya itu, Dia juga adil dan mahabijaksana. Karena itu, Allah bisa mengizinkan umat-Nya mengalami kesulitan. Kesulitan bisa datang karena: kesalahan kita sendiri, kejahatan orang lain, atau situasi yang tak bisa kita kendalikan, seperti bencana alam.

Apapun bentuknya, jika Allah mengizinkan kesulitan menimpa umat-Nya, itu bukan karena Ia lalai atau tidak peduli, melainkan karena Ia: Maha Adil: menghargai tanggung jawab manusia, Mahakasih: menyertai dalam penderitaan, Mahatahu dan Mahabijaksana: tahu tujuan akhir dari semua itu untuk kebaikan kita.

Dalam hal Ayub, Allah mengizinkan penderitaan bukan karena Ayub bersalah, tetapi justru karena Ayub benar di hadapan-Nya. Ayub yang sudah percaya dan hidup saleh, diuji agar semakin percaya, semakin saleh, semakin murni di hadapan Allah.

Penderitaan Ayub bukan tanpa hasil. Di akhir ujian, Ayub memberikan kesaksian luar biasa dalam Ayub 42:5: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” Itu artinya, melalui pencobaan, iman Ayub naik ke tingkat yang lebih dalam dan lebih nyata. Ia bukan lagi hanya mengenal Allah secara teori atau cerita, tetapi mengalami-Nya secara pribadi.

Kitab Ayub mengajarkan kita satu kebenaran penting: Melalui pencobaan, Allah membentuk orang percaya menjadi semakin percaya; orang baik menjadi semakin baik. Jadi, bila hari ini Anda sedang berada dalam penderitaan atau ujian berat, ingatlah: Itu bukan tanda Allah meninggalkan Anda, tetapi mungkin justru cara Allah mendekatkan Anda lebih dalam kepada-Nya. MT
Minggu 13 Juli 2025


[Pesan Mingguan 2024 Selengkapnya]