PENCOBAAN KARENA DIRI SENDIRI
1 Petrus 4:7 “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa”
Rasul Petrus adalah rasul yang pada awalnya merupakan pribadi yang emosional, dan salah satu ciri khasnya adalah sangat sulit untuk tenang dalam menghadapi rintangan. Sebagai seorang yang emosional, ia sangat cepat merespons sesuatu tanpa mempertimbangkan akibat dari tindakannya. Jadi, kalau ia menasihati agar orang percaya tenang dalam menghadapi kesulitan, sudah pasti itu berhubungan dengan pengalaman hidupnya yang berproses menjadi seorang yang berhasil mengalahkan sifat negatifnya tersebut.
Untuk menjadi seorang yang sabar dan tenang dalam menghadapi pencobaan memang tidak mudah, tetapi bisa. Dalam hal ini, sikap melarikan diri dari kesulitan tidaklah tepat, melainkan harus menghadapi berbagai pencobaan dalam rangka terbentuk dan berproses menjadi pribadi yang tenang. Rasul Petrus adalah teladan yang tepat bagi kita untuk menjadi orang yang tenang dalam menghadapi pencobaan.
Pada saat kebangkitan Yesus, Petrus adalah seorang yang sedang stres karena ia sempat menyangkal Yesus sampai tiga kali. Tampaknya, ketika ia kembali menjadi penangkap ikan di Danau Galilea, hal itu merupakan wujud dari stres yang ia alami. Ketika Yesus kembali hadir di tengah-tengah para murid dan bertanya secara khusus kepada Petrus mengenai kesungguhannya dalam mengasihi Yesus, itu merupakan puncak dari stres Petrus, tetapi juga awal dari proses pembentukannya menjadi pribadi yang tenang.
Melalui surat-surat kirimannya, dapat kita simpulkan bahwa ia telah menjadi seorang yang tenang, karena telah berproses selama belasan tahun. Persoalan demi persoalan telah mencoba merintanginya, tetapi seiring dengan kesediaannya menghadapi pencobaan, ia berproses menjadi pribadi yang kuat dan tenang. Perjuangan Petrus berjalan seiring dengan perjalanan imannya, sehingga proses perjuangannya tidak terpisahkan dari seluruh aspek kehidupannya dan imannya.
Rasul Petrus memandang kehidupan yang sedang dihadapi gereja dari sudut kedatangan Kristus dan akhir dunia yang sudah semakin dekat. Dengan demikian, terjadinya hal-hal yang menyulitkan kehidupan orang percaya memang tidak dapat dihindari.Jadi, kondisi ini menuntut komitmen untuk mewujudkan iman melalui kehidupan doa yang sungguh-sungguh. Kesulitan akhir zaman tidak bisa dihindari, karena memang harus terjadi — sebab sejak awal, Yesus telah memberikan informasi yang pasti. Namun, Yesus pun berjanji akan selalu menyertai.
Dalam berbagai pencobaan ini, saatnya kehidupan iman harus terus dihidupkan. Jika tidak, yang terjadi adalah stres dan depresi. Betul juga pesan yang terkandung dalam judul renungan ini: “Pencobaan karena diri sendiri. Iman membuat kita tenang. Dan ketenangan hati adalah kesempatan indah bagi kita untuk menyembah dan berdoa kepada Bapa Surgawi.” MT
Minggu 20 Juli 2025