MENGUBAH PENCOBAAN MENJADI KESAKSIAN
Mazmur 46:2-3 “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut”
Allah ingin membentuk kita menjadi sosok yang tangguh. Tangguh berarti tidak akan pernah dihentikan oleh kesulitan dan kegagalan. Allah menginginkan umat yang kuat dan mempunyai tekad yang bulat — umat yang tidak mau ditakut-takuti oleh pencobaan dan kegagalan. Kita perlu mengetahui bahwa, betapapun sulitnya masalah dan betapapun seringnya kegagalan datang, kita bukanlah satu-satunya orang yang pernah menghadapinya dan mengalaminya.
Kalau Allah mengizinkan pencobaan, maka Allah pun punya solusi, dan Ia memberikan kepada kita cara yang tepat untuk menghadapinya. Dia sudah sangat terbukti sebagai penolong dalam kesesakan. Kenyataannya, tidak ada manusia tanpa masalah, dan juga tidak ada manusia yang tak pernah gagal. Namun hal itu tidak pernah mengubah kenyataan bahwa Dia sesungguhnya sangat aktif bekerja bagi kepentingan umat-Nya.
Tokoh-tokoh Alkitab, yaitu para nabi yang kita jadikan teladan pada bahasan sebelumnya, semua menghadapi kesulitan dan seakan-akan mengalami kegagalan. Klimaksnya adalah kehidupan Yesus sendiri.
Dari banyak kesulitan yang menghadang pelayanan-Nya, ada tiga yang sangat menonjol:
- Penolakan. Yesus berulang kali mengalami penolakan. Lebih tragisnya lagi, penolakan yang paling keras justru datang dari tokoh-tokoh agama. Bahkan, Yesus datang untuk umat-Nya, tetapi umat-Nya menolak Dia.
- Penganiayaan. Yesus datang menebar kasih, berbagi kasih tanpa pernah menyakiti siapa pun. Tetapi justru Yesus disakiti dan dianiaya secara brutal dan sangat tidak manusiawi.
- Godaan dari Iblis. Yesus diganggu dan digoda oleh iblis yang berusaha menggagalkan karya penyelamatan-Nya atas manusia berdosa.
Namun Yesus terus maju, karena Yesus belajar taat melalui penderitaan-Nya (Ibrani 5:8). Cara yang dipakai Yesus adalah teladan bagi kita. Penulis renungan ini tidak pernah gentar oleh kesulitan dan berbagai kegagalan. Yang paling mengganggu dan menggentarkan adalah masa-masa mengalami kekeringan rohani. Bagi penulis, kekeringan rohani inilah yang disebut sebagai masa kesesakan (Mazmur 46:2). Dan kalau hal ini terjadi, hanya Allah sendirilah yang mampu menolong — tetapi juga dibutuhkan kesiapan diri sendiri untuk datang sujud dan berdiam di hadirat Allah. Jika kerohanian telah dipulihkan, maka berbagai kesulitan yang menghadang — seperti yang didaftarkan dalam Mazmur 46 — hanyalah hal-hal yang diizinkan Allah untuk memperkuat kita.
“Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah Allah…” (Mazmur 46:11) Berhentilah memegang hal-hal yang melumpuhkan kerohanian Saudara, maka kita akan diperkuat oleh berbagai-bagai pencobaan. Dengan demikian, pencobaan itu bukanlah sekadar penderitaan, tetapi justru menjadi kesaksian yang nyata — dalam dan melalui kehidupan umat-Nya. MT
Minggu 27 Juli 2025