Kamis 26 September 2024
MENOLAK PELAYAN KORUP DAN ASUSILA
Bacaan Sabda : Wahyu 2:12-17
“Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapa pun, selain oleh yang menerimanya.”” (Wahyu 2:17)
Jemaat Pergamus alamat surat atau pesan yang harus disampaikan dan ditulis oleh rasul Yohanes adalah jemaat yang mempunyai kekuatan atau kebaikan tetapi juga mempunyai kelemahan dan kesalahan yang cukup buruk. Kekuatannya adalah berpegang teguh kepada Yesus Kristus walaupun berada di tengah-tengah tahta iblis atau para penganiaya. Kemudian mereka tetap setia walaupun menjadi korban kaisar yang sangat kejam. Kesetiaan mereka tak tergoyahkan walaupun menyaksikan orang-orang setia dibunuh atau menjadi martir di hadapan mereka. Mengetahui kesetiaan dan pengorbanan mereka sangat sulit rasanya untuk memahami kesalahan pada jemaat di Pergamus ini. Ternyata kesalahan mereka cukup fatal. Mereka menganut ajaran Bileam dan Nikolaus. Ajaran mereka adalah sifat korup dan amoral.
Kesalahan sebagai dampak dari hamba Tuhan korup dan amoral ternyata bukanlah hal yang baru, tetapi sudah terjadi sejak abad pertama berdirinya gereja. Kesalahan sebagai dampak ajaran para hamba Tuhan ini tentulah sangat berakibat fatal bagi pertumbuhan gereja. Sikap gereja kepada pengajar korup dan asusila haruslah tegas walaupun mereka pemimpin dalam gereja lokal. Nasehat Yohanes sangat jelas yaitu harus menolak mereka secara tegas, supaya jangan memberi dampak buruk kepada gereja. Suara mereka harus ditolak agar mampu mendengar suara Roh Kudus. Dalam keadaan hadirnya para hamba Tuhan yang melakukan penyimpangan, Roh Kudus tetaplah hadir sebagai penuntun akan menyatakan kesalahan. Jadi gereja haruslah selalu terbuka kepada kehadiran dan suara Roh Kudus.
Para pelayan korup dan asusila harus dikalahkan melalui sikap membangun kekudusan hidup. Kegagalan membersihkan gereja dari para pelayan korup dan asusila gereja akan kehilangan kehadiran Allah. Bisa terjadi gereja tetap semarak disukai banyak jemaat tetapi tanpa sadar mereka kehilangan kehadiran Allah. Gereja tidak lagi tempat membangun kehidupan iman tetapi menjadi tempat yang nyaman. Gereja bukan lagi tempat membangun kehadiran tetapi menjadi tempat mencari penghiburan. Bileam dan Nicolaus sebagai lambang korup dan kebejatan harus dibuang agar kehadiran Allah dan suara Roh Kudus ada tetap dalam gereja sebagai penjamin kemenangan mengalahkan dosa. (MT)