Sabtu 04 Mei 2024
INJIL YANG LAIN
Bacaan Sabda : Galatia 1:1-24
Sabda Renungan : “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.” (Galatia 1:6-7)
Rasul Paulus mendapat informasi akan adanya beberapa guru Yahudi yang mengacaukan petobat baru dengan memaksa mereka menerima ritual hukum Taurat yang harus tetap dijalani untuk memperoleh keselamatan. Salah satunya harus disunat. Lebih ekstrimnya lagi para guru Yahudi ini mempengaruhi para petobat baru untuk menolak ajaran Paulus, untuk menerima pengajaran Injil yang bertentangan disebut Rasul Paulus sebagai “Injil yang lain”. Injil yang lain yang dimaksud adalah bahwa keselamatan tidak cukup hanya percaya kepada Yesus tetapi juga harus ditambah dengan tradisi agama Yahudi dan Taurat seperti “sunat”. Kehadiran Injil yang lain ini jelas-jelas ditolak karena jalan keselamatan haruslah sesuai dengan Alkitab sebagai firman Allah.
Semua ide dan gagasan yang tidak bersumber dari Alkitab haruslah ditolak setelah dilakukan pengujian. Haruslah tetap Injil sejati tanpa campuran dari hukum Taurat dan tradisi buatan manusia. Sebab bila tercampur dengan kesengajaan hal itu adalah pemutarbalikkan kebenaran Injil. Dalam ayat 9, rasul Paulus membahas bahwa pemberita Injil yang lain berada di bawah kutuk. Suatu teguran tegas sebagai pembuka Jalan agar para pemberita Injil palsu berkesempatan untuk bertobat. Sikap dan tujuan para pemberita Injil palsu adalah unsur sengaja untuk menyerang pemberitaan rasuli, sebab itu haruslah ada teguran tegas agar mereka berbalik lagi kepada kebenaran.
Dalam terang Perjanjian Baru semua orang percaya sepanjang zaman harus gigih mempertahankan iman sesuai pokok-pokok ajaran Yesus dan para rasul sejati. Para pemberita Injil yang lain itu sangat berterima bagi banyak orang percaya membuat mereka bersemangat untuk tetap berkenan kepada manusia. Tetapi rasul sejati seperti rasul Paulus tidak pernah mencoba untuk berkenan kepada manusia, karena lebih memilih berkenan kepada Allah. Jadi dia tak akan mengurangi dan menambah kebenaran Injil. Dia sudah berkeputusan untuk tetap menyenangkan Allah tidak akan tergoda untuk menyenangkan manusia agar lebih diterima. Sama seperti sikap para rasul sejati, semua orang percaya harus selalu memfokuskan tujuannya menyenangkan Allah bukan menyenangkan manusia. Memilih untuk menyenangkan hati Allah beresiko untuk mendapatkan penolakan, tetapi lebih baik ditolak manusia daripada ditolak Allah sebagai sikap hidup untuk kemuliaan-Nya. (MT)