Rabu 28 Juni 2023
KEBENARAN HARUS DIBERITAKAN
Bacaan Sabda : Yehezkiel 2-3
“Firman-Nya kepadaku: ”Hai anak manusia, bangunlah dan berdiri, karena Aku hendak berbicara dengan engkau. Sementara Ia berbicara dengan aku, kembalilah rohku ke dalam aku dan ditegakkannyalah aku. Kemudian aku mendengar Dia yang berbicara dengan aku.” (Yehezkiel 2:1-2)
Allah menyebut Yehezkiel “anak manusia” 90 kali lebih. Sebutan ini mengingatkan Yehezkiel bahwa dia adalah seorang manusia yang terbatas dan mempunyai kelemahan. Panggilannya menjadi seorang nabi yang berulang-ulang mengalami kemuliaan Allah tak mengubah statusnya menjadi seorang manusia yang memperoleh anugerah menjadi alat di tangan Allah untuk memberitakan firman-Nya kepada manusia. Allah mengingatkan nabi Yehezkiel bahwa dia harus sepenuhnya bergantung kepada Allah dalam melaksanakan tugas kenabiannya. Kesadaran nabi Yehezkiel ini mengawali panggilannya untuk menjadi seorang nabi, Yesus juga sering menggunakan “anak manusia” untuk dirinya sendiri, untuk menekankan hubungannya dengan manusia dan ketergantungan-Nya kepada Allah dalam melakukan kehendak Bapa yang mengutus-Nya, menyelamatkan manusia.
Nabi Yehezkiel mempunyai pengalaman spiritual yang luar biasa pada saat pengutusannya seperti hal yang dialami Musa dan nabi Yesaya. Yehezkiel diperintahkan memakan gulungan kitab, dengan memakan gulungan kitab itu adalah lambang bahwa dia harus lebih dulu menerima firman Tuhan yang akan diberitakan, setelah itu barulah dia punya kelayakan untuk memberitakannya. Yehezkiel menikmati firman Tuhan manis bagai madu, tetapi pendengar Firman yang diberitakan tak menerimanya pada zamannya. Firman itu abadi, bukan hanya bagi umat pada zaman Yehezkiel tetapi untuk semua umat sepanjang zaman. Yehezkiel bukan hanya nabi pemberita melainkan dia juga harus menjadi nabi penjaga umat.
Sebagai penjaga umat nabi Yehezkiel haruslah memperingatkan umat secara tegas agar jangan hidup dalam dosa. Kelalaian memperingatkan umat akan dimintai Allah pertanggungjawaban. Gereja pun sebagai umat Allah Perjanjian Baru haruslah melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai penjaga umat. Hal itu berarti harus setia memperingatkan umat yang hidupnya tidak benar agar tetap hidup dalam lingkupan keselamatan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Gereja pun tidak boleh lalai dalam melaksanakan amanat agung karena pemberitaan Injil haruslah sampai kepada semua orang. Soal manusia percaya atau tidak percaya adalah urusan penerima Injil, kalau sudah diberitakan gereja, berarti sudah melakukan tanggung jawabnya dengan baik. (MT)