Senin 12 Juni 2023
RESIKO MEMPERKATAKAN KEBENARAN
Bacaan Sabda : Yeremia 20-22
“Engkau telah membujuk aku, ya TUHAN, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku. Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru: ”Kelaliman! Aniaya!” Sebab firman TUHAN telah menjadi cela dan cemooh bagiku, sepanjang hari.” (Yeremia 20:7-8)
Pasyhur adalah kepala imam di bait Allah yang mendengar firman Allah yang dinubuatkan oleh Yeremia. Ternyata seorang imam kepala lebih memilih nubuat nabi palsu dari pada nabi sejati. Imam kepala tidak lagi mempunyai kepekaan terhadap berita yang berasal dari Allah. Pasyhur memukul dan membelenggu nabi Yeremia. Biasanya berupa deraan 40 kali pukulan yang cukup keras mencabik kulit yang didera. Yeremia menolak untuk tunduk kepada sakit yang deritanya dan memilih bertahan menyuarakan kebenaran walaupun resikonya sangat menyakitkan bagi nabi Yeremia. Yeremia tetap menubuatkan kehancuran Yerusalem dan Yehuda. Dengan gagah berani Yeremia memberi nama baru kepada imam kepala Pasyhur menjadi Magor Missiabib yang berarti kegentaran dari segala jurusan. Karena dalam waktu yang dekat Pasyhur Yehuda akan mengalaminya.
Penderitaan demi penderitaan menimpa nabi Yeremia karena berita yang benar kepada umat yang disampaikannya bertentangan dengan keinginan rakyat. Dan keinginan rakyat itu didukung oleh nabi-nabi palsu yang diangkat oleh raja, bukan memperoleh panggilan untuk menjadi seorang nabi. Nabi Yeremia tentu saja membandingkan dirinya dengan para nabi palsu yang hidup aman tanpa mengalami sedikitpun penderitaan.
Yeremia betul-betul mengeluh dan Allah pun membujuk nabi Yeremia agar terus bertahan dan setia menyuarakan kebenaran. Hal ini mempunyai pengertian bahwa Yeremia merasa Allah memaksa dia untuk menjadi nabi sejati yang mengakibatkan dirinya dicemooh dan dipermalukan. Beritanya benar hanya saja menunggu waktunya untuk digenapi. Sebelum tergenapi dia ditertawai, diejek dan dipandang rendah oleh orang-orang yang sebangsa yang mendorong dirinya terus memberitakan kebenaran, karena sesungguhnya dia tidak akan tahan melihat saudara sebangsanya mengalami penderitaan dan kehancuran.
Nabi Yeremia sudah siap menanggung resiko pemberitaannya, tetapi dia tidak bisa menahan kebenaran itu untuk dirinya sendiri. Dia merasakan murka Allah atas bangsa itu bila tidak mengikuti cara Allah menghindarkan bangsa Yehuda dari penderitaan. Kadang-kadang perasaan frustasi karena ditolak menyerang hidup Yeremia, tetapi kebenaran haruslah diberitakan. Pada akhir zaman ini kita harus siap memberitakan kebenaran sejati walaupun beresiko untuk ditolak. Tetapi ingat kebenaran adalah kebenaran. (MT)