Selasa 06 Juni 2023
UMAT BERAGAMA HARUS BERTOBAT
Bacaan Sabda : Yeremia 7 – 8
“Firman yang datang kepada Yeremia dari pada TUHAN, bunyinya. Berdirilah di pintu gerbang rumah TUHAN, serukanlah di sana firman ini dan katakanlah: Dengarlah firman TUHAN, hai sekalian orang Yehuda yang masuk melalui semua pintu gerbang ini untuk sujud menyembah kepada TUHAN! Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini.” (Yeremia 7 : 1-3)
Berita pertobatan atau seruan untuk bertobat atau katakanlah penginjilan kepada orang Kristen haruslah terus dilakukan. Hal itu mungkin saja mengagetkan sebagian umat Tuhan, tetapi sesungguhnya hal ini bukanlah hal yang baru. Sejak zaman para nabi sudah diperintahkan Allah dan masih relevan dilaksanakan sampai pada akhir zaman ini, Allah memerintahkan nabi Yeremia berdiri di pintu gerbang bait Allah untuk mengajak umat Allah yang keluar masuk pintu gerbang Bait Allah itu untuk bertobat. Umat yang tertib beribadah di bait Allah harus bertobat, meninggalkan jalan-jalan mereka yang jahat. Beribadah saja bukan jaminan menjadi hidup benar di hadapan Allah. Umat itu masih saja hidup dalam kejahatan karena merasa aman hanya karena mereka memasuki bait Allah dan melakukan upacara-upacara keagamaan. Dikira upacara keagamaan menutupi kejahatan sehingga tidak perlu pertobat. Umat masih melakukan praktek-praktek kejahatan seperti mencuri, membunuh tetapi sangat merasa aman menghadap Allah tanpa sedikit pun merasa bersalah. Sehingga firman Tuhan sangat tegas menegur mereka karena menjadikan bait Allah menjadi sarang penyamun.
Kebiasaan penyamun pada saat itu mempunyai kebiasaan mempergunakan seorang untuk tempat bersembunyi, untuk merencanakan kejahatan-kejahatan berikutnya. Nabi Yeremia menggunakan gambaran ini menjelaskan umat yang memasuki bait Allah dengan motivasi yang buruk. Dengan ringannya mereka beranggapan bahwa ritual agama cukup untuk menutupi dosa-dosa mereka. Mereka memadukan kebenaran dengan kejahatan bisa berjalan bersama bila kejahatan ditutupi dengan ritual-ritual agama. Agama bukan diabdikan dengan benar melainkan disalahgunakan dengan sangat buruk, bahkan dijadikan topeng belaka. Yesus mengutip ayat-ayat firman ini ketika menegur orang-orang Yahudi yang menyalahgunakan bait suci (Matius 21:13). Kerinduan terdalam Allah yang perlu dilakukan umat-Nya adalah keselarasan ritual agama dengan perilaku setiap hari. Ritual agama Yahudi selalu dihubungkan dengan kekudusan dan pengampunan.
Sampai zaman akhir ini hal yang sama tetap berlaku. Ibadah harus sejalan dengan hidup sehari-hari yang terarahkan kepada kekudusan, hidup benar di hadapan Allah. Hal itu berarti semua umat Allah harus selalu mau bertobat dan akrab dengan seruan pertobatan, karena tanpa pertobatan tak ada kekudusan. (MT)