Selasa 09 Mei 2023
MONOGAMI BUKAN POLIGAMI
Bacaan Sabda : Kidung Agung 1 – 4
“Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia yang menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung; Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia. Aku hendak bangun dan berkeliling di kota; di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan kucari dia, jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia.” (Kidung Agung 2:16; 3:1-2)
Kidung Agung secara harafiah artinya adalah nyanyian atas segala nyanyian, dapat juga diartikan nyanyian yang terbaik. Raja Salomo mengarang 1005 nyanyian, jadi Kidung Agung mungkin saja digubah pada saat Salomo masih muda dan yang pasti sebelum Israel pecah menjadi 2 kerajaan. Tetapi Salomo sudah mempunyai banyak istri yang terkategorikan sebagai istri-istri politis sebagai pemberian negara-negara lain dengan tujuan politik membangun kerja sama.
Salomo menggubah nyanyian ini sebagai nyanyian kasih dalam pernikahan yang kudus dengan konsep monogami bukan poligami. Gadis sulam yang disebut dalam kitab ini diperkirakan adalah istri pertamanya yang sah dan sering dia sebut sebagai istri masa mudanya. Dia mencari tetapi tidak menemukannya. Setelah Salomo mempunyai banyak istri kemungkinan besar istri pertamanya pergi meninggalkan Salomo, karena istrinya ini juga adalah memegang teguh nilai monogami dalam pernikahan. Cinta Salomo dengan Sulam adalah cinta sejati dan bersifat monogami cinta seperti itulah yang sesungguhnya dipuji Salomo dalam kitab Kidung Agung. Salomo tidak menyinggung istri-istri politisnya yang banyak karena dia sadar bahwa hubungannya dengan istri-istrinya itu hanyalah sekedar cinta birahi semata bukan cinta sejati.
Salomo mencari mempelai perempuan pada malam hari adalah menjelaskan bahwa dia terbawa dalam mimpi. Malam yang dipakai adalah bentuk jamak sehingga berarti malam demi malam dia mencari, berarti istrinya tidak mau lagi bersamanya. Dia adalah raja jadi dia berhak memaksanya tetapi dia tidak melakukannya karena dia mengasihi. Dalam hal ini sesungguhnya Salomo menjelaskan ketidakbahagiaannya hidup berpoligami. Dia hanya menikmati kesenangan seksual belaka tanpa menikmati indahnya dan bahagianya hidup berumah tangga. Salomo mempunyai cara memberi pesan kepada umat Tuhan agar menjauhi hidup berpoligami dan setia membangun pernikahan seorang suami untuk seorang istri dan seorang istri untuk seorang suami seumur hidup. Kata sia-sia dalam kitab Pengkhotbah merupakan kehidupan sia-sia yang dialaminya karena menjalani hidup pernikahan di luar kehendak Tuhan. (MT)