Rabu 26 April 2023
PENGAJARAN DAN KETELADANAN
Bacaan Sabda : Amsal 27-29
“Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum. Dengan kata-kata saja seorang hamba tidak dapat diajari, sebab walaupun ia mengerti, namun ia tidak mengindahkannya. Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak bagi orang bebal dari pada bagi orang itu. (Amsal 29:18-20)
Ada 2 hal yang sangat dibutuhkan umat yang terikat dalam suatu komunitas atau satu bangsa atau seluruh umat manusia di atas muka bumi ini :
- Wahyu, yang dapat diartikan ajaran atau pernyataan tegas, jelas sebagai standar yang dapat dijadikan menjadi hukum yang mengikat untuk ditaati. Bila hal itu tidak ada maka orang akan bisa berbuat apa saja tapa ada konsekuensi atas perbuatannya. Semua akan menjadi liar karena tidak ada aturan tegas yang mengikat dan mempersatukan. Dalam gereja ada wahyu yaitu firman Tuhan yang menjadi penyataan kehendak Allah dan standar kebenaran umat Tuhan. Alkitab sebagai firman yang tertulis adalah wahyu satu-satunya yang tak boleh dikurangi dan tak boleh ditambah. Tradisi atau adat istiadat bisa diterima menjadi standar bila tidak bertentangan dengan Alkitab, dengan kata lain adat istiadat harus berada di bawah terang Alkitab. Jadi adat istiadat tak perlu dibuang tetapi harus tetap berada dan tunduk kepada firman Tuhan. Jadi bukan dibuang melainkan dicerahkan oleh firman Tuhan. Bolehkan berpendapat? Tentu saja boleh bahkan penting, tetapi pendapat bukanlah standar kebenaran. Bahkan bila ada umat yang mempunyai pengalaman spiritual tentu baik adanya tetapi tidak juga daoat dijadikan menjadi standar kebenaran untuk semua orang.
- Keteladanan hidup “Dengan kata-kata saja seorang hamba tidak dapat diajari.” Dalam hal ini masing-masing personil dalam komunitas membutuhkan seorang figur yang dapat dijadikan menjadi teladan dalam hidup. Figur yang bukan hanya pandai menngajar melalui kata-kata tetapi juga harus melakukan apa yang diajarkannya. Pada saat Yesus mulai memberikan kerajaan Allah di tengah-tengah umat Israel, sesungguhnya bangsa itu tidak kekurangan pengajar. Ada ahli taurat, ada Farisi dan para imam yang aktif memberikan ajaran-ajaran agama Yahudi. Tetapi umat kehilangan figur yang dapat dijadikan teladan. Yesus tampil menjadi pengajar sejati. Ajaran-ajaran tidak rumit, sederhana saja, tetapi Yesus melakukan apa yang diajarkan atau hidup sesuai dengan ajaran-Nya.
Gereja Tuhan hendaklah memperhatikannya. Gereja yang bersaksi haruslah hidup sesuai dengan kesaksiannya. Para hamba Tuhan atau pendeta yang berkotbah haruslah hidup sesuai dengan kotbahnya. Semua pendeta hendaklah berjuang membentuk diri menjadi teladan. Pendeta tentulah bukan teladan sempurna, karena hanya Yesuslah yang menjadi teladan sempurna untuk semua orang percaya. (MT)