Senin 24 April 2023
JATUH DALAM DOSA
Bacaan Sabda : Amsal 23-24
“Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana. Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok, supaya TUHAN tidak melihatnya dan menganggapnya jahat, lalu memalingkan murkanya dari pada orang itu.” (Amsal 24:16-18)
Ada pepatah “Sepandai-pandai tupai memanjat bisa juga jatuh”. Padahal tupai itu bukan hanya pandai memanjat, nalurinya sudah tercipta sebagai pemanjat, tetapi ada saja situasi tak terduga membuat tupai bisa jatuh. Bila seekor tupai jatuh tentu dia akan segera memanjat lagi seperti biasanya tanpa rasa takut. Kehidupan umat Tuhan yang hidup dalam dosa, tentu dia tak akan mau hidup dalam dosa, dia akan segera bangkit dan keluar dari dosa, dia akan segera bangkit dan keluar dari dosa tersebut, kemudian dalam perjalanan selanjutnya dia akan lebih berhati-hati supaya jangan lagi jatuh apalagi jatuh ke dalam dosa dan kesalahan yang sama.
“Sebab tujuh kali orang benar jatuh namum ia bangun lagi”. Pernyataan ini seperti terinspirasi dari kehidupan raja Daud yang berulang-ulang jatuh tetapi bangkit lagi. Sejak Daud diurapi menjadi raja Israel menggantikan Saul, langsung Saul menjatuhkan mental dan semangat Daud. Tetapi Daud bangun lagi. Selanjutnya oleh anaknya Absalom, tetapi dia bangun lagi. Kemudian oleh bangsa-bangsa penyembah berhala berulang kali menjatuhkan mental Daud tetapi dia bangun lagi kejatuhan fatal Daud adalah perzinahannya dengan Batsyeba setelah membunuh Uria suami Batsyeba secara tidak langsung dan juga dosa kesombongannya menghitung kekuatan bangsa Israel. Setelah ditegur nabi Natan dia sadar dan bertobat Daud segera bangun. Jadi tujuh kali Daud jatuh dia bangun lagi.
Jadi bisa saja berbagai kesulitan datang melemahkan hingga menjatuhkan orang benar tetapi dengan pertolongan dan tuntunan Tuhan dia akan bangun lagi. Allah tidak berjanji umat-Nya hidup tanpa kesukaran, tetapi Dia berjanji akan memelihara dan menyertai umat-Nya apapun yang terjadi. Bahkan dalam terang Perjanjian Baru pun umat-Nya tetap harus selalu siap menghdapi segala kemungkinan termasuk kemungkinan terburuk sekalipun. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. (2 Korintus 4:8-9).
Perlu diingat kekristenan bukan sekedar mengenai hal menyingkirkan kelemahan, bukan juga sekedar hal memanifestasikan kuasa Ilahi dan berbagai mujizat, tetapi kekristenan adalah juga mengenai menyatakan kuasa, kasih dan kemuliaan Allah melalui kelemahan-kelemahan dan keterbatasan manusiawi. Jadi boleh-boleh saja jatuh tetapi bangkit dan bangkit lagi. (MT)