Rabu 19 April 2023
MEWARISKAN IMAN
Bacaan Sabda : Amsal 13-14
“Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar. Huma orang miskin menghasilkan banyak makanan, tetapi ada yang lenyap karena tidak ada keadilan. Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya” (Amsal 13:22-24)
Sikap orangtua kepada anaknya sangat menentukan masa depan anaknya. Sangat dibutuhkan kebaikan orangtua dalam hal mempersiapkan dan membangun masa depan yang cerah bagi anak-anaknya.
Ada dua(2) hal penting yang dinasehatkan Amsal menjadi pegangan bagi semua orangtua dalam hal mempersiapkan masa depan yang cerah bagi anak-anaknya :
- “Meninggalkan warisan bagi anak cucunya”. Orangtua beriman haruslah pertama mewariskan iman kepada anak-anaknya. Cara mewariskannya tidak cukup hanya dengan kata-kata saja tetapi hendaklah melalui keteladanan hidup. Ada orangtua merasa cukup hanya menyuruh anak-anaknya ke gereja untuk mendapatkan pengajaran dan keteladanan iman dari para guru-guru sekolah minggu. Anak bertumbuh dalam iman tetapi bukanlah orangtuanya yang mewariskan iman kepadanya melainkan guru-guru sekolah minggunya. Kemudian orangtua hendaklah mewariskan kepandaian dan kedewasaan kepada anak-anaknya yang biasa diperoleh anak dari lembaga pendidikan. Tetapi orangtua haruslah bekerja keras untuk membiayai pendidikan anak. Tidak cukup membiayai saja tetapi harus berperan serta mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Dalam hal mendewasakan anak melalui pendidikan dalam keluarga maka orangtua haruslah menyediakan waktu yang cukup untuk anak-anaknya. Tentu bukan lamanya waktu yang penting tetapi kualitas komunikasi dalam waktu yang terbatas itulah yang penting.
- “Menggunakan tongkat kasih atau mendisiplin anak”. Pada masa pertumbuhan seorang anak, pendampingan orangtua harus pula mendisiplin anak. Tidak boleh orangtua lalai dalam hal terlibat membenahi keinginan anak yang cukup liar pada masa pertumbuhannya. Memukul anak adalah merupakan usaha terakhir yang dapat dilakukan setelah semua usaha tak didengarkan seorang anak. Jadi adalah merupakan keterpaksaan itu pun harus didasari oleh kasih. Tujuan pemukulan yang tentu harus terukur bertujuan untuk menghilangkan kebebalan, pemberontakan dan sikap tidak hormat kepada orang tua (ayat 22). Disiplin orang tua yang keras hendaklah dilakukan dengan bijaksana penuh kasih dan tenggang rasa untuk membantu anak-anak membuang nilai yang buruk dari dirinya. Disiplin yang baik dan benar dapat juga sebagai sikap mewariskan nilai hidup yang baik dan benar kepada anak-anak. Hal itu bisa berdampak baik karena membawa kebahagiaan dan sukacita bagi anak. (MT)