Jumat 14 April 2023
MENJAGA KEKUDUSAN RUMAH TANGGA
Bacaan Sabda : Amsal 5:1-23
“Minumlah air dari kulahmu sendiri, minumlah air dari sumurmu yang membual. Patutkah mata airmu meluap ke luar seperti batang-batang air ke lapangan-lapangan? Biarlah itu menjadi kepunyaanmu sendiri, jangan juga menjadi kepunyaan orang lain. Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu” (Amsal 5:15-18)
Kitab Amsal ini sangat tegas memperingatkan untuk menjauhi kebejatan seksual karena sangat merusak moral sekaligus membuat pelakunya kehilangan kebahagiaan. Salomo menyatakan bahwa kebejatan seksualitas itu menarik sehingga banyak orang termasuk dirinya sendiri rusak dan memasuki situasi yang sangat menghancurkan. Pasal ini betul-betul mengingatkan supaya jangan sampai terlibat dengan perilaku menyimpang melanggar standar Allah mengenai kesucian dan kemurnian seksual. Orang yang menyerah kepada kebejatan seksual akan menderita penyesalan dan tak dapat lagi kembali tanpa akibat buruk. Jadi sangat diperlukan kesucian hidup pra-nikah dan kesetiaan paska nikah atau kesetiaan pada ikatan pernikahan dalam menjamin kebahagiaan hidup rumah tangga. Itulah sebabnya Salomo memberi nasehat “Minum lah air dari kulahmu sendiri”. Artinya bahwa seks yang benar dan sehat adalah milik suami istri dan tak boleh dari yang lain.
Sumber kasih sayang yang melibatkan birahi hanyalah dari seorang suami kepada istrinya dan sebaliknya. Kesenangan seks dalam pernikahan tidak bertentangan dengan firman Tuhan tetapi adalah pemberian Allah yang berharga yang harus terus dijaga kekudusannya. Itulah sebabnya pasangan hidup hendaklah diterima sebagai karunia istimewa yang sangat berharga yang diberikan Allah dengan sukacita dan rasa syukur.
Kemudian Salomo melanjutkan “Bersukacitalah dengan istri masa mudamu”. Suatu pengakuan Jujur dari seorang raja yang hidup berpoligami secara tidak terkendali. Salomo memang adalah pribadi yang sangat berhikmat dan dengan hikmat itu dia sangat cekatan memotivasi orang lain untuk hidup benar tetapi sesungguhnya Raja Salomo gagal menerapkan hikmat itu untuk kehidupannya sendiri.
Pada masa tuanya Salomo sadar akan ketidaksetianya dan ternyata istri-istri mudanya tidaklah membahagiakannya. Kebahagiaan sejatinya adalah istri masa mudanya atau istri pertama yang dinikahi secara sah dan sesuai dengan kehendak Allah. Itulah sebabnya Dia memberi nasehat agar setia terhadap pasangan, dan jauhi kedursilaan atau kebejatan seksual yang merupakan alasan bagi banyak orang yang setia kepada pasangannya.
Allah adalah saksi utama para pezinah karena mereka biasanya melakukan secara rahasia. Semua kegiatan manusia terbuka di mata Tuhan, tidak seorang pun akan lolos dari hukuman Allah atas kebejatan seksual berupa akibat yang mengerikan karena kehilangan kebahagiaan dan berakibat hancurnya rumah tangga. (MT)