Kamis 06 April 2023
TETAPLAH MEMUJI TUHAN
Bacaan Sabda : Mazmur 137-138
“Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: ”Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!” (Mazmur 137:1-3)
Terbuang ke Babel adalah merupakan sejarah gelap bangsa Yehuda. Pada awal terbuang adalah masa yang suram yang hampir saja mereka tidak percaya hal itu bisa terjadi. Ketika orang Babel merebut Yerusalem pada tahun 586 SM orang Babel memperlakukan Yehuda dengan sangat kejam. Mereka menangkap dan merampas bayi-bayi Yehuda dari ibu dan memecahkannya pada bukit batu. Peristiwa tak manusiawi itu terekam cukup lama dalam pikiran orang-orang Yehuda. Dalam kondisi mengerikan seperti itulah Mazmur ini digubah atau beberapa lama setelah kejadian umat Yehuda sudah berada di Babel. Para pemusik dan pemuji Yehuda duduk sambil menangis di tepi sungai Babel. Mereka mengingat Sion atau kota Yerusalem di pembuangan. Mereka diam tak mampu bernyanyi menggantungkan kecapi mereka di pohon gandarusa. Suatu keadaan yang sangat menyusahkan terjadi, tetapi mereka melampiaskan kesedihan bercampur marah mereka dengan menggubah Mazmur pujian walaupun dengan lirik-lirik yang tidak wajar untuk dinyanyikan. Tetapi orang-orang Babel yang menawan mereka meminta mereka memperdengarkan nyanyian dari Sion.
Ada kemungkinan permintaan itu hanyalah merupakan sindiran, tetapi lebih tepat kalau disimpulkan bahwa orang Babel justru suka mendengar nyanyian pujian yang berasal dari Yerusalem. Jadi adalah merupakan kesempatan bagi mereka memperdengarkannya. Hal yang sama terjadi sampai sekarang. Orang-orang semakin suka saja mendengar pujian bagi Tuhan. Jadi para pemusik, para pemuji, para penggubah lagu rohani teruslah berkarya dan tingkatkan kreativitas. Orang yang memasuki gereja Tuhan justru tertarik dengan puji-pujian karena betul juga bahwa Allah bertahta di atas pujian umat-Nya.
Para pemusik dan pemuji yang duduk di tepian sungai Babel itu sungguh tak dapat melupakan kekejaman orang Babel. Sesungguhnya pada saat itu Allah justru memakai orang Babel menghukum Yehuda atas ketidaksetiaan mereka. Di Babel mereka sadar atas dosa sehingga mulai lagi mengingat Allah. Mereka berdoa agar Allah membalas kejahatan orang Babel. Dalam terang Perjanjian Baru tekanan utamanya adalah pengampunan terhadap musuh agar mereka beroleh kesempatan untuk memperoleh keselamatan. Tetapi tetap juga akan tiba waktunya pada akhir sejarah pembalasan tiba atas kejahatan yang tidak mau bertobat. Umat beriman setelah memuji, menyembah dan bersyukur kepada Tuhan. (MT)