Jumat 24 Maret 2023
KESEIMBANGAN KASIH DAN HUKUM
Bacaan Sabda : Mazmur 101-103
“Mazmur Daud. Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur bagi-Mu, ya TUHAN. Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela: Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku. Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila; perbuatan murtad aku benci, itu takkan melekat padaku.” (Mazmur 101:1-3)
Dapat disimpulkan bahwa Mazmur 101 ini adalah merupakan sikap, tekad dan permohonan raja Daud di hadapan Allah. Lebih tegasnya dapat juga disebut sebagai nazarnya. Setelah perjalanan panjang kepemimpinanya atas Israel dia mengalami jatuh bangun dalam hidup kerohaniannya kemudian dia memperbaharui komitmennya dihadapan Allah. Dalam hal ini dia bukan hanya berjanji kepada Allah tetapi juga berjanji kepada diri sendiri.
Ada hal penting menjadi perenungan kepada semua umat Tuhan yaitu pernyataannya mengawali komitmennya “Aku hendak menyanyikan Kasih setia dan hukum”. Melalui pernyataan ini Raja Daud mengungkapkan jenis hatinya sebagai seorang raja yang harus dimiliki semua pemimpin khususnya para pemimpin rohani, jikalau mau memimpin sesuai kehendak Allah.
Kasih setia dan hukum adalah merupakan pasangan yang tak terpisahkan karena hal ini adalah merupakan keseimbangan antara kasih dan disiplin. Semua umat Allah bukanlah berbahagia menerima kebaikan Allah tetapi juga harus selalu bersedia didisiplin oleh Allah. Jangan hanya bersukacita menerima berkat tetapi juga harus siap menghadapi kesulitan.
Kasih setia dan hukum adalah merupakan keseimbangan antara karisma dan karakter. Simson memiliki karisma kekuatan tetapi karakter yang buruk menjatuhkannya. Nuh sangat berkarakter sehingga setia di tengah orang yang hidup semakin jahat. Tetapi kemungkinan kurang berkarisma sehingga tak seorang pun bertobat dalam pelayanannya yang sangat lama. Yusuf berkarisma melihat jauh ke depan tetapi dia juga berkarakter, tetap setia dan hidup benar di tengah manusia yang jahat dan hampir saja menghambatnya bahkan hampir membunuhnya. Kemudian Daud berjanji “Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di rumahku”.
Semua umat Tuhan, khususnya para pemimpin mewujudkan kesetiaannya kepada Allah dengan memproritaskan hal menyenangkan hati Allah di dalam keluarganya. Karena sesungguhnya kesalehan hidup yang sejati pertama-tama hendaklah diwujudkan, dipraktekkan dan dikembangkan dalam kehidupan dan hubungan keluarga. Jadi semua umat Tuhan harus mengutamakan kasih dan perhatiannya yang pertama dan utama dalam keluarga. (MT)