Minggu 19 Maret 2023
MENGISI WAKTU DENGAN BIJAK
Bacaan Sabda : Mazmur 90-91
“Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu? Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 90:10-12)
Mazmur bagian keempat (90-106) adalah Mazmur dengan tanpa nama penulis. Mazmur 90 ini diberikan keterangan “Doa Musa” abdi Allah. Mazmur ini dianggap ditulis oleh Musa selama 40 tahun pengembaraan memimpin Israel di padang gurun. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa Mazmur ini ditulis untuk menghormati dan mengenang Musa karena satu pasal ini merupakan Mazmur doa yang sering diulang-ulang Musa saat menyembah dan bermazmur.
Dalam Mazmur ini ada hal yang sangat perlu mendapat perhatian dari umat Tuhan yaitu hidup manusia itu singkat saja hanya segiliran jaga. Karena begitu singkatnya manusia harus menghitung hari-hari yang singkat itu agar bijaksana dalam mengisinya sebaik-baiknya. Jangan sampai terisi dengan kegiatan yang sia-sia atau kegiatan yang kontra produktif. Belajar kepada Musa yang mengisi waktunya dengan sangat baik dan benar. Musa berusia 120 tahun dan berhasil mengisinya dengan sangat baik berkualitas dan produktif karena selalu berhubungan dengan nilai-nilai kekekalan.
Pada masa kanak-kanak hingga dewasa Musa belajar menjadi orang beriman dalam tuntunan orang tua dalam keluarganya. Musa adalah putra mahkota Putri Firaun yang dititipkan kepada orang tua kandungnya tanpa sepengetahuan Putri Firaun karena bantuan Miryam Kakak Musa. Kemudian pada masa pemuda hingga dewasa Musa berada di istana Firaun. Di situ Musa belajar menjadi orang yang berilmu. Peradaban termaju pada zaman Musa adalah peradaban Mesir walaupun sarat dengan konsep-konsep penyembahan berhala. Tetapi Musa sudah siap menyaring karena dia sudah terbentuk sebagai orang beriman sebelumnya. Buktinya dia bangga menjadi orang Israel walaupun status sebagai bangsa yang diperbudak oleh Mesir. Status umat pilihan Allah yang dibedakan dari Mesir karena imannya sangat dihargainya.
Kemudian dia lari ke Midian memilih menjadi gembala. Di sanalah dia belajar menjadi orang yang berbudi. Dia terus menerima status gembala di padang belantara dengan rendah hati sehingga dia terbentuk menjadi orang yang berbudi luhur. Allah pun memanggilnya menjadi pemimpin Israel. Musa pada masa dewasa hingga tua terus berkarya menjadi pemimpin yang berintegritas. Mari kita mengisi waktu yang singkat ini dengan kegiatan yang berkualitas karena bernilai kekekalan. (MT)