Selasa 31 Januari 2023
TETAPLAH BERSYUKUR
Bacaan Sabda : Ayub 42
“Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku. Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.” (Ayub 42:4-6)
Respon akhir Ayub kepada Allah penuh dengan kerendahan hati dan ketundukan mutlak kepada Allah. Dia mengaku Allah tidak mungkin melakukan kesalahan, Allah mengijinkan segala sesuatu berdasarkan hikmat dan ke-Mahatahuan-Nya bahkan penderitaan bila diresponi dengan benar akan bermakna dan tujuan yang bernilai abadi. Ayub bertobat dari semua kesalahannya membela diri dan mempersalahkan Allah. Ayub memang tidak berdosa kepada Allah tetapi sempat salah paham terhadap Allah. Ayub berkomitmen untuk semakin tunduk kepada Allah dan menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah dalam iman, pengharapan dan kasih walaupun masih menderita. Ayub pun bersyukur tanpa harus mempunyai alasan yang kuat untuk bersyukur karena dia masih kehilangan segala-galanya termasuk kesehatannya.
Dengan semangat iman yang sangat kuat Ayub menyatakan bahwa ada perubahan yang sangat indah mengenai imannya. Dia berkata “Bukan lagi mempercayai Allah melalui perkataan orang lain, tetapi matanya sendiri telah memandang Tuhan”. Pertemuannya dengan Tuhan membuktikan hidupnya terus dalam kebenaran, dan Allah itu sangat sabar mendengar keluhan-keluhan Ayub, sabar terhadap kelemahan-kelemahan Ayub, sabar terhadap salah pengertian Ayub dan sabar terhadap kemarahan Ayub. Ayub menyesali semua kesalahannya di hadapan Allah sehingga Ayub beroleh pemulihan dari Allah. Allah menghukum sahabat-sahabat Ayub karena tidak menyatakan hal yang benar tentang Allah kepada Ayub. Mereka mengemukakan teologi yang keliru berupa teologi balas jasa, mendorong Ayub untuk mengaku dosa yang tidak dilakukan, dan berbicara dengan angkuh karena merasa doktrin mereka didukung oleh Allah. Kemudian Allah menyatakan Ayub benar dan layak dijadikan menjadi teladan ketabahan dan kesetiaan kepada Allah. Dan klimaks dalam kasus Ayub ini adalah, Allah memulihkan Ayub dan memberikan milik dua kali lipat dari milik sebelum dia ditimpa bencana.
Jelaslah bahwa Allah membiarkan umat-Nya menderita dengan suatu maksud yang mulia dan benar. Penderitaan apa pun yang menimpa umat-Nya tetaplah tabah karena pertolongan Tuhan akan selalu nyata pada akhirnya. Kemudian orang yang tetap setia kepada Allah walaupun memasuki ujian yang berat akhirnya akan menikmati situasi penuh sukacita dan bahagia dan selalu menikmati kehadiran Allah dalam hidupnya. Ayub diberi keselamatan untuk menikmati hidup 145 tahun lagi hidup bahagia bersama keluarganya. (MT)