Jumat 27 Januari 2023
MENGHORMATI SENIOR
Bacaan Sabda : Ayub 32-33
“Perhatikanlah, hai Ayub, dengarkanlah aku, diamlah, akulah yang berbicara. Jikalau ada yang hendak kaukatakan, jawablah aku; berkatalah, karena aku rela membenarkan engkau. Jikalau tidak, hendaklah engkau mendengarkan aku; diamlah, aku hendak mengajarkan hikmat kepadamu.” (Ayub 33:31-33)
Elihu adalah penasehat Ayub yang memberi argumentasi berkepanjangan menyusul argumentasi 3 orang penasehat Ayub sebelumnya. Dia memperkenalkan diri sebagai orang muda yang jauh lebih muda dari 3 orang sahabat Ayub dan dari Ayub sendiri. Dia menahan diri untuk tidak memberi argumentasi karena memberi kesempatan kepada tiga orang seniornya. Elihu sangat percaya diri menyatakan bahwa dia mempunyai wawasan yang lebih tepat mengenai penderitaan Ayub dari 3 orang seniornya. Dengan percaya diri dia mampu menasehati Ayub, agar Ayub mempunyai sikap yang benar dalam menghadapi penderitaannya. Elihu menyatakan argumentasi tiga orang seniornya tidak tepat, sehingga dia memberikan bantahan terhadap mereka.
Ada hal yang kurang jujur dari sikap Elihu kepada seniornya. Pada awalnya dia memberi kesempatan seakan sikap menghormati, ternyata dilanjutkan dengan memberi bantahan tanpa sikap hormat kepada seniornya. Dalam pandangan 3 orang seniornya penderitaan Ayub adalah merupakan hukuman Allah yang penuh belas kasihan untuk memperbaiki hidup dan jiwa Ayub yang kemungkinan Ayub mempunyai kesalahan yang tersembunyi atau kemungkinan besar sengaja disembunyikan.
Penderitaan itu bisa menjadi cara Allah membangun hubungan yang lebih intim dengan Ayub. Elihu sebagai penasehat muda beranggapan Ayub telah berdosa, sangat wajar dan logis kalau dia menderita. Elihu cukup sombong juga saat menyatakan bahwa dirinya telah menerima wawasan rohani dari Allah, sehingga nasehatnya tentu saja benar dan tepat bahkan pernyataan-pernyataannya adalah merupakan pandangan teologis tanpa kesalahan. Jadi ayub haruslah menerima semua nasehatnya. Elihu ternyata salah memahami jawaban Ayub kepada tiga orang seniornya. Dia menuduh Ayub menyatakan “Aku bersih, aku tidak melakukan pelanggaran, aku suci, aku tidak ada kesalahan” (Ayub 33:9). Padahal tidak pernah menyatakan diri hidup tanpa dosa.
Ayub betul menyatakan bahwa dirinya telah mengikuti jalan-jalan Allah dengan segenap hati dan tidak mengingat perbuatan dosa yang membuat dirinya wajar dihukum Allah dengan membuat dirinya harus menderita (Ayub 27:5-6; 31:1-40). Elihu adalah gambaran seorang hamba Tuhan muda yang mempunyai kecenderungan hati merendahkan seniornya yang seharusnya dihormati. Dia juga adalah gambaran hamba Tuhan muda yang tidak mau belajar dari seniornya karena merasa diri lebih cerdas, lebih berwawasan dan lebih dalam segala hal. Janganlah, tidak baik. (MT)