Rabu 25 Januari 2023
“Tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi.” (Ayub 28:28)
Ayub masih dalam keadaan menderita, karena sesungguhnya dia tetap adalah orang yang kehilangan semua perolehannya bahkan ditinggalkan mati oleh 10 orang anak-anaknya. Perdebatannya dengan sahabat-sahabatnya yang pada awalnya cukup panas berakhir dengan baik. Zofar, Bildad dan Elifas menyadari kesalahan mereka telah menuduh dan menghakimi Ayub secara sembrono akhirnya mengaku memperoleh masukan berharga dari argumentasi Ayub. Sedangkan Ayub mengaku bahwa tuduhan-tuduhan dan penghakiman sahabat-sahabatnya telah menolong dan membantu Ayub mampu memaknai penderitaannya secara benar, dan membantunya tabah menghadapi penderitaannya.
Adu argumentasi dalam satu perdebatan akan menjadi baik dan benar tetapi selalu berpegangan bahwa argumentasi lawan debatnya mempunyai kemungkinan lebih benar dari pendapatnya. Hal itu berlaku juga dalam perdebatan teologis. Perlu menyadari bahwa penafsiran semua debater pasti ada salahnya tidak ada penafsiran yang benar mutlak. Hanya Alkitab sebagai firman Allah yang mutlak benar. Sebaiknya pendapat dan tafsiran pribadi biarlah untuk diri sendiri saja bersama orang-orang yang setuju jangan memaksakannya menjadi konsumsi semua orang atau konsumsi yang bersifat universal.
Ayub cukup terus terang mengatakan bahwa dibutuhkan hikmat dan akal budi yang bersumber dari Allah bagi semua umat-Nya. Takut akan Tuhan itulah hikmat dan menjauhi kejahatan adalah merupakan landasan dalam membangun hubungan dengan Allah dan sesama. Karena takut akan Tuhan :
- Membuat umat-Nya waspada sehingga tidak menyakiti hati Allah dan berjuang secara maksimal untuk tidak terlibat dalam tindakan menyakiti hati manusia. Kemudian umat-Nya akan terus setia kepada Allah karena diperlengkapi dengan potensi ketabahan dalam menghadapi pencobaan.
- Membuat umat-Nya selalu berjuang sungguh-sungguh menjauhi kejahatan. Dengan menjauhi kejahatan dalam rangka berjalan menuju ke kekudusan hidup menjadikan orang percaya peka dan taat kepada pimpinan Roh Kudus.
- Membuat umat-Nya tidak akan hidup dalam dosa, karena takut akan Tuhan dan terus berbuat dosa adalah kemustahilan moral. Orang yang takut akan Allah akan selalu gigih menentang kejahatan.
- Membuat umat-Nya mencintai Tuhan dan firman-Nya. Biasanya orang yang cinta akan Tuhan telah lebih dulu menikmati indahnya hidup dicintai oleh Tuhan. Ayub memberi motivasi kepada kita untuk hidup takut akan Allah, karena dia sudah menikmati betapa indahnya dan sungguh memberkati. (MT)