Minggu 22 Januari 2023
UJIAN DARI TUHAN
Bacaan Sabda : Ayub 22-23
“Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang. Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya. Tetapi Ia tidak pernah berubah–siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga.” (Ayub 23:10-13)
Elifas sudah mendapat jawaban dari Ayub bahwa tuduhannya itu atas Ayub adalah merupakan kesalahan bahkan sudah dapat dinyatakan suatu kejahatan. Kejahatan karena tuduhannya itu dapat juga dikatakan penghakiman tanpa data dan tanpa bukti. Kejahatan karena mereka sesungguhnya bukan hanya menuduh dan menghakimi melainkan sudah terkategorikan sebagai perbuatan memfitnah. Elifas bukan saja menuduh Ayub sebagai penjahat dan fasik tetapi juga seorang egois yang tidak pernah peduli kepada penderitaan orang lain. Ayub sudah sangat terbiasa dengan pendapat dan perkataan sahabat-sahabatnya tentang dirinya Ayub sudah berusaha mengadakan pembelaan agar sahabat-sahabatnya berhenti menuduh dan menghakiminya. Ayub mengetahui betul bahwa tuduhan sahabat-sahabatnya itu salah dan tak ingin sahabat-sahabatnya terus-menerus melakukan kesalahan. Ternyata sahabat-sahabatnya sama saja seperti Elifas yang bukan saja berhenti melainkan meningkatkan tuduhan dan penghakiman yang semakin kejam memfitnah Ayub. Ayub pun justru semakin berusaha membenahi diri agar lebih saleh lagi sedangkan para sahabatnya semakin melakukan kesalahan dan kejahatan yang keji kepada sahabat yang sedang menderita.
Semakin lama Ayub semakin berhikmat dalam menghadapi tuduhan sahabat-sahabatnya itu. Ayub tidak tersinggung kemudian menolak dan memutuskan persahabatan. Walaupun rasa sakit yang sangat ekstrem dia selalu merespon tuduhan sahabat-sahabatnya dengan baik. Sebab menurut Ayub sahabat-sahabatnya mau mengunjungi dia dengan kondisi tubuh yang menjijikkan sudah merupakan nilai-nilai persahabatan yang baik. Untuk meredam kemarahannya kepada sahabat-sahabatnya Ayub memilih memusatkan pandangannya kepada Allah.Ayub menyimpulkan hanya Allah sendirilah yang mengetahui jalan hidupnya.
Faktanya Ayub tidak pernah berbicara mengenai kehilangan kekayaan dan anak-anaknya tetapi sering mengeluh bahwa dirinya merasa kehilangan hubungan dengan Allah. Ketetapan hatinya untuk terus mencari dan mencari kebenaran atau sesuatu yang baik dari penderitaannya tidak terganggu oleh tuduhan sahabat-sahabatnya. Secara jujur akhirnya Ayub memandang penderitaannya sebagai ujian dari Tuhan. Ayub berkata “Seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas”. Ujian kepada Ayub sama dengan ujian kepada Abraham yang diperintahkan Allah mempersembahkan anaknya. Ayub mempunyai keyakinan yang kokoh bahwa dia akan lulus ujian karena sudah bertekad dia akan semakin mengasihi dan mentaati Tuhan. (MT)