Sabtu 21 Januari 2023
ORANG FASIK
Bacaan Sabda : Ayub 20-21
“Tetapi kata mereka kepada Allah: Pergilah dari kami! Kami tidak suka mengetahui jalan-jalan-Mu. Yang Mahakuasa itu apa, sehingga kami harus beribadah kepada-Nya, dan apa manfaatnya bagi kami, kalau kami memohon kepada-Nya?” (Ayub 21:14-15)
Zofar memberi bahasan panjang lebar tentang orang fasik. Orang fasik akan ditimpa oleh berbagai bencana keberhasilan mereka adalah kesia-siaan karena akan hilang lenyap pada waktunya. Orang fasik dalam pandangan Zofar selalu negatif dan tak akan pernah mengecap hal-hal yang baik kalaupun pernah segera akan lenyap ditelan bencana. Zofar memberi pendapatnya tentang orang fasik disamakan dengan hal-hal buruk yang menimpa Ayub. Jadi sesungguhnya Zofar sedang menuduh Ayub adalah orang fasik yang terbukti melakukan hal-hal buruk yang menimpa Ayub. Zofar menyatakan langit menyingkapkan kesalahannya dan bumi bangkit melawan dia. Hasil usahanya yang ada di rumahnya diangkut semuanya habis pada hari murkanya Ayub 20:27-28. Dalam hal ini tidak perlu menuduh. Zofar sebagai orang jahat yang tidak setia kawan karena ini hanyalah menyatakan keterbatasannya untuk mengetahui peristiwa yang menimpa Ayub. Ayub pun meresponinnya tanpa kemarahan tetapi mengemukakan pendapatnya tentang orang fasik.
Uraian Ayub tentang orang fasik sangat berbeda dari pendapat Zofar sahabatnya. Ayub justru mengemukakan pendapatnya dengan cara mengajukan pertanyaan “Mengapa orang fasik hidup ,menjadi tua, bahkan menjadi bertambah-tambah kuat? Keturunan mereka tetap bersama mereka, dan anak cucu diperhatikan mereka” (Ayub 21:7-8). Ayub mempermasalahkan fakta bahwa orang fasik lebih beruntung dari orang saleh dan beriman bila ukurannya adalah hal-hal keberuntungan secara materi dan jasmani. Dalam hal ini Ayub mempertanyakan konsep keadilan antara orang fasik dan orang saleh khususnya dalam hal kemakmuran dan keberhasilan.
Jadi menurut Ayub ada hal yang sulit dipahami bila mengukur kebenaran dan hidup benar memakai standar materi dan sukses secara jasmani. Itulah sebabnya Ayub mengajak sahabat-sahabatnya melihat seseorang fasik atau tidak dari sikapnya kepada Allah dan firman-Nya orang fasik berkata kepada Allah “Pergilah dari kami dan kami tak suka jalan-jalan-Mu”. Sedangkan orang saleh justru memohon kehadiran Allah dan menyukai Firman-Nya untuk menuntun jalan hidupnya. Ayub membuktikan kepada Zofar bahwa dia tetap memohon pertolongan Allah dan tidak pernah meninggalkan Allah dalam menghadapi penderitaannya. Jadi jelas bahwa Ayub tidak pernah menjadi fasik tetapi tetap hidup saleh. (MT)