Sabtu 14 Januari 2023
AYUB BERDAMAI DENGAN PENDERITAANNYA
Bacaan Sabda : Ayub 10:8-9
“Tangan-Mulah yang membentuk dan membuat aku, tetapi kemudian Engkau berpaling dan hendak membinasakan aku? Ingatlah, bahwa Engkau yang membuat aku dari tanah liat, tetapi Engkau hendak menjadikan aku debu kembali?” (Ayub 10:8-9)
Pasal 10 ini dapat disimpulkan menjadi puncak keluhan-keluhan Ayub. Dia berkata “Aku telah bosan hidup”. Suatu Keluhan jiwa yang sangat dalam. Ayub bosan hidup. Bukan pahit karena penderitaannya. Ayub sudah berdamai dengan penderitaannya. Dia bosan karena penderitaannya telah membuatnya hidup tanpa karya. Itulah alasan utamanya terus mengeluh. Ayub mencurahkan kepahitan jiwanya karena merasa dia diperlakukan oleh keadaan secara tidak adil dan dia tak bisa menghindar dari ketidakadilan itu.
Dalam penderitaannya Ayub mulai merasa Allah telah menarik kasih dan kemurahan-Nya dari dirinya. Ayub tetap percaya akan keadilan dan kemurahan Allah. Ayub malahan terus bergumul dan memohon pertolongan Tuhan mencari pemecahan akan masalah yang sedang dihadapinya. Ada satu hal yang terasa aneh dari keluhan-keluhan Ayub dalam menghadapi penderitaannya. Ayub tidak pernah berdoa memohon kesembuhan dari penyakit kulit akut yang menggerogotinya hingga mengancam nyawanya. Ayub konsentrasi justru mempertanyakan mengapa dia menderita dan mengapa Allah seakan-akan meninggalkannya. Jawaban atas pertanyaan ini jauh lebih penting baginya daripada lepas dari penderitaannya. Karena bagi Ayub diterima Allah menjadi miliknya dalam penderitaannya adalah terpenting dalam hidupnya. Bagi Ayub menjadi ciptaan yang dibentuk Allah dengan tangannya adalah merupakan hal sangat berharga.
Bila Allah hendak membinasakan ciptaan-Nya tentu adalah merupakan kedaulatan-Nya. Tetapi sesungguhnya pertanyaan Ayub ini adalah merupakan suatu pernyataan tegas bahwa Allah tak mungkin membuang milik-Nya atau membinasakan ciptaan-Nya. Ayub juga mengungkapkan suatu pernyataan iman yang berlaku abadi saat dia menyatakan “Engkau membuat aku dari tanah liat dan engkau hendak menjadikan aku jadi debu kembali”. Ayub memberi suatu penjelasan dalam bentuk pertanyaan yang tak membutuhkan jawaban. Manusia pada akhirnya akan mengalami kematian tubuh yang kembali kepada tanah. Tetapi Ayub berulang kali menyatakan bahwa manusia adalah roh yang mempunyai tubuh. Jadi tubuh menjadi tanah tetapi roh kembali kepada Allah.
Rasul Paulus melengkapi bahwa ada kebangkitan tubuh di mana roh diberi tubuh yang baru yaitu tubuh kebangkitan. Selama hidup di dunia ini, umat beriman tidaklah bebas dari penderitaan melainkan justru siap menderita di bumi ini bersama dengan Kristus bahkan siap mati bersama Kristus atau dalam Kristus untuk menikmati hidup bersama Kristus. (MT)