Selasa 19 Juli 2022
KETIDAKTAATAN SAUL
Bacaan Sabda : 1 Samuel 13:1-23
Kata Samuel kepada Saul: “Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu.” (1 Samuel 13:13-14)
Saul adalah seorang raja bukan seorang imam. Dia hanyalah pemimpin pemerintahan bukan pemimpin rohani. Dia berbeda dari Samuel yang adalah seorang hakim, imam dan nabi. Jadi Samuel adalah pemimpin pemerintahan juga soeorang pemimpin rohani. Setelah Saul menjadi raja atas permintaan umat Israel, maka pemimpin pemerintahan dibedakan dari pemimpin rohani.
Jadi ada 3 yang melakukan perannya yang terkategorikan sebagai pemimpin atas umat Israel:
- Ada imam sebagai pemimpin ritual agama yang bertugas mewakili umat untuk mempersembahkan korban-korban kepada Allah.
- Kemudian nabi yang mewakili Allah menyampaikan pesan-Nya kepada umat. Nabi dapat juga disebut sebagai pemimpin dalam hal menuntun umat untuk hidup dalam kebenaran.
- Selanjutnya raja yang dipilih Allah untuk memimpin umat dalam menyelenggarakan pemerintahan. Saul hanyalah seorang raja. Dia tidak boleh mempersembahkan korban, tidak boleh juga menyuarakan atau menyampaikan pesan-pesan Allah kepada umat. Saat Saul mulai mengatur barisan untuk mengatur siasat perang untuk berperang melawan bangsa Filistin berarti dia sudah melakukan perannya dengan baik.
Ketika Saul menunggu imam Samuel mempersembahkan korban sebelum maju berperang dia juga telah bersikap benar dihadapan Allah. Tetapi saat dia bertindak mempersembahkan korban kepada Allah, dia telah melanggar perintah Allah, sehingga dia harus menerima hukuman akibat pelanggarannya. Saul melakukan perbuatan yang fatal karena melanggar batas-batas yang sudah ditetapkan Allah. Allah yang sudah mengokohkan kerajaannya atau kuasa untuk memerintah Israel, menarik kuasa dari Saul dan akan diberikan kepada orang lain.
Allah selalu berdaulat melakukan kehendak-Nya untuk kebaikan umat-Nya. Tetapi pemberian kuasa dari Saul ke orang lain akan berproses. Pemrosesan itu tentu membutuhkan waktu dan terjadi melalui berbagai peristiwa yang membuktikan bahwa keputusan Allah itu bukanlah berdiri sendiri. Keputusan Allah itu melibatkan juga Saul sang penyandang kuasa itu. Keputusan Allah itu adalah suatu pernyataan yang didasari oleh kemahakuasaan-Nya. Allah sudah mengetahui proses kejatuhan Saul, karena selalu saja melakukan tindakan yang melanggar perintah Allah. Jadi walaupun Allah yang memberi kuasa itu kepada orang lain bukanlah Allah penyebabnya melainkan Saul sendirilah yang tak taat firman Allah. (MT)