Kamis 14 Juli 2022
KEPEMIMPINAN SAMUEL
Bacaan Sabda : 1 Samuel 7:1-17
“Kemudian Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia menamainya Eben-Haezer, katanya: “Sampai di sini TUHAN menolong kita. Demikianlah orang Filistin itu ditundukkan dan tidak lagi memasuki daerah Israel. Tangan TUHAN melawan orang Filistin seumur hidup Samuel” (1 Samuel 7:12-13)
Tabut Allah adalah merupakan simbol kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Tetapi simbol tanpa sikap yang tepat kepada kehadiran Allah, hanyalah merupakan simbol belaka yang tidak memberi dampak yang nyata. Umat Israel yang yakin dengan simbol belaka akhirnya mengeluh karena faktanya mereka tetap ditekan oleh orang Filistin. Duapuluh(20) tahun Israel hidup dengan percaya yang palsu karena berkanjang kepada simbol yang mati tanpa disertai dengan hidup taat dan meyakini kehadiran Allah yang hidup. Bila dihubungkan dengan hidup kekristenan akhir zaman ini, sama halnya dengan umat yang beragama Kristen tetapi tidak hidup secara Kristen atau hidup bertentangan dengan nilai-nilai kekristenan. Dalam kondisi umat Israel mulai mengeluh, mereka mulai menyadari kekeliruan mereka dan Samuel pun mulai mempraktekkan kepemimpinannya secara nyata. Samuel mengajak untuk berbalik kepada Allah. Sebagai seorang yang sudah dipersiapkan Allah memimpin Israel, Samuel mengetahui secara tepat waktu untuk muncul dan seruan benar untuk diserukan. Pertobatan paling utama yang harus dilakukan umat adalah menyingkirkan semua bentuk penyembahan berhala.
Dalam hal ini cukup jelas bahwa umat Israel terlalu nyaman dengan simbol kehadiran Allah tanpa hidup takut kepada Allah serta tak menghargai dan menghormati Allah. Mereka rupanya terjebak kepada sikap memberhalakan simbol sebagai jalan mulus mengikuti kebiasaan bangsa penyembah berhala. Samuel yang tetap setia mengikuti pemrosesan Allah terhadap dirinya berseru di tengah umat disertai kuasa dan penyertaan Allah. Umat pun mendengarnya dengan sangat serius sehingga terjadi pertobatan menyeluruh di tengah umat. Dengan kesadaran yang tulus umat menyingkirkan semua bentuk penyembahan berhala yang selama 20 tahun mereka praktekkan. Pertobatan umat ditandai dengan sikap doa yang benar kepada Allah disertai dengan puasa.
Orang Filistin masih penasaran atas musibah yang menimpa mereka karena merampas tabut Allah. Setelah mereka mengembalikan tabut Allah, segera mencoba menyerang Israel. Dalam pimpinan Samuel Israel sudah kembali kepada Allah. Dalam kondisi iman yang benar dan setia kepada Allah umat Israel berada dalam perlindungan Allah. Tuhan pun mengguntur mengacaukan barisan pasukan Filistin, sehingga orang Filistin terpukul kalah. Samuel melaksanakan pemerintahannya dari Rama, tetapi Samuel adalah seorang pemimpin Israel yang rajin blusukan untuk memberi semangat kepada rakyat, dan tak jemu menyerukan agar rakyat tetap setia kepada Allah. (MT)