Minggu 10 Juli 2022
PANGGILAN SAMUEL
Bacaan Sabda : 1 Samuel 2:12-36
“Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel?” (1 Samuel 2:29)
Samuel bertumbuh di tengah keluarga imam Eli, sedangkan putra-putra imam Eli Hofni dan Pinehas menjadi imam yang jahat di rumah Allah. Kedua putra imam Eli ini menyalahgunakan kedudukan untuk memuaskan keserakahan dan kebejatan moral. Rasa sayang imam Eli kepada kedua anaknya membuatnya lalai mendisiplin mereka sebagai seorang imam yang harus hidup kudus sesuai standar moral untuk menjadi seorang imam sesuai dengan firman Tuhan. Eli menegur anak-anaknya tetapi menegur dan mengingatkan saja tidak cukup, tetapi seharusnya sudah harus mengucilkannya. Rasa mengasihi anak lebih besar dari mengasihi Allah sehingga boleh dianggap sebagai sikap menghina Allah. Firman Allah jelas bila seorang imam melakukan pelanggaran moral tidak lagi dapat bertugas sebagai imam atau pelayan di rumah Allah. Pembiaran imam Eli kepada anak-anaknya menjadikan mereka semakin mengeraskan hati dan makin berani melakukan dosa yang memalukan di hadapan umum. Nasehat imam Eli tidak mereka dengarkan lagi, sehingga Allah langsung turun tangan menghukum mereka. Imam Eli gagal total memimpin anak-anaknya yang berdampak pada kegagalannya memimpin umat Israel.
Jadi Eli mengalami kegagalan ganda yaitu gagal sebagai ayah buat anak-anaknya dan gagal sebagai pemimpin untuk umat Israel. Tetapi berbeda dalam hal mengasuh Samuel. Samuel tidak terpengaruh kepada 2 orang anak imam Eli. Samuel bertumbuh menjadi seorang pemuda yang takut akan Allah dalam asuhan imam Eli. Mungkin saja imam Eli bisa keras dan tegas dalam mengasuh Samuel. Akibatnya Eli dan keturunannya tersingkir dari jabatan sebagai imam untuk selama-lamanya. Mereka tidak menghargai karunia yang telah diberikan Allah. Cara menghargai karunia Allah yang paling tepat dan benar adalah membangun karakter benar di hadapan Allah. Karunia akan hilang dengan sendirinya bila tidak disertai dengan karakter yang baik dan benar. Bukan anak kandung Eli yang menggantikannya menjadi imam sesuai dengan aturan yang berlaku, karena anak-anaknya tidak layak. Tetapi imam Eli masih bisa bersyukur karena dia digantikan oleh anak asuhnya Samuel. Samuel muda telah menunjukkan kualitas dan kesetiannya, dan imam Eli sudah mengetahui sejak awal. Tentu saja bahwa Allah sendirilah yang merencanakan bahwa Samuellah yang menggantikan imam Eli. (MT)