Minggu 03 Juli 2022
MASA GELAP / SURAM
Bacaan Sabda : Hakim – hakim 20-21
“maka pada hari kedua itu majulah suku Benyamin dari Gibea menyerbu mereka, dan digugurkannya pula ke bumi delapan belas ribu orang di antara orang-orang Israel; semuanya orang-orang yang bersenjatakan pedang”. (Hakim-hakim 20:25)
Dua pasal terakhir dari kitab Hakim-hakim ini menulis klimaks dari kejahatan-kejahatan umat Israel. Akibat dari pengabaian terhadap firman Allah umat terjatuh kepada dosa yang mengibatkan terjadinya perang saudara yang sangat merugikan umat pilihan Allah. Setelah berjatuhan puluhan ribu korban barulah sadar 2 pihak bersaudara yang terlibat perang saudara. Tetapi penyesalahan sudah tak berguna lagi. Allah seakan-akan mengijinkan dan membiarkan keadaan buruk itu terjadi untuk menyadarkan umat agar tidak terus menerus mengabaikan firman Tuhan. Jelas sekali bila zaman hakim-hakim adalah zaman paling gelap dari sejarah umat pilihan Allah. Tetapi tetap ditulis dan pada pengkanonan Alkitab Hakim-hakim dimasukkan sebagai bagian dari Alkitab. Hal itu penting sebab kalau tidak maka akan ada sejarah yang hilang. Padahal sejarah adalah merupakan salah satu pembuktian penting bahwa Alkitab adalah firman Allah. Sejarah Israel sering juga disebut sejarah kerajaan Allah, jadi kelengkapan sejarah itu sangat penting, termasuk sejarah masa gelapnya yang terjadi karena sikap umat yang abai terhadap firman Allah. Kalimat terakhir dalam kitab hakim-hakim ini adalah “setiap orang berbuat apa yang benar menurut panadanganya sendiri”. Fakta utama dalam kitab hakim-hakim ini adalah umat betul-betul abai terhadap firman Allah sebagai standar kebenaran dan moral dalam menjalani kehidupan. Standar yang mereka pakai adalah keinginan dan padangan serta pendapat sendiri. Padahal semakin banyak kepala semakin banyak pendapat. Faktanya umat belum terbentuk menghargai pendapat orang lain, jadi tak terbayangkan kekacauan yang timbul ditengah kehidupan bermasyarakat. Amsal 16:25 “Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut”. Jadi pikiran dan pendapat manusia sangat tidak memadai untuk dijadikan standar kebenaran. Bila umat Tuhan menjadikan pendapatnya menjadi standar kebenaran adalah merupakan pemberontakan kepada Allah. Nehemia menyatakan bahwa sikap salah ini adalah pemberontakan kepada Allah, tetapi karena kasih setia Allah yang tak berkesudahan, tetap saja Dia mempertahankan dan kepemilikan-Nya kepada umat-Nya. Jadi dalam masa kegelapan pun tak mampu meredupkan kasih Allah. Tetapi masa kegelapan itu adalah kesuraman hidup dan penderitaan yang terus melanda umat. Bukanlah Allah yang membuat umat menderita melainkan kesalahan mereka sendiri. (MT)