Rabu 15 Juni 2022
BERKOMITMEN MENGASIHI ALLAH
Bacaan Sabda : Yosua 24:1-33
“Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:15)
Yosua mengumpulkan suku-suku untuk terakhir dengan memperbaharui perjanjian Allah. Dia memimpin umat berikrar untuk mengasihi dan mengabdi kepada Tuhan dengan setia. Dalam pertemuan terakhir ini Yosua tidak mengajak umat memperhatikan dirinya melainkan justru mengajak umat agar fokus kepada kebaikan dan pemeliharaan Allah atas umat-Nya pada masa-masa sulit yang sudah mereka lewati. Yosua menantang umat untuk menentukan sikap tegas dalam menjalani hidup tetap setia kepada Allah. Yosua mengetahui secara pasti bahwa selama kepemimpinannya umat Israel sangat setia kepada Allah. Tetapi dia tidak menutup mata terhadap kenyataan bahwa umat Israel cukup lemah dalam hal berpegang teguh kepada komitmen setia kepada Allah. Yosua yang sudah siap menyongsong kematiannya mengumpulkan umat dan menantang umat menentukan pilihan beribadah kepada berhala atau setia beribadah kepada Allah.
Kemudian Yosua mengawali ketegasannya bersama keluarganya menentukan pilihan untuk setia kepada Allah. Umat pun menentukan pilihan yang sama, setia kepada Allah. Tetapi janji setia itu hanyalah selama hidup Yosua. Hal ini haruslah menjadi pelajaran penting bagi semua pendeta, bahwa jemaat selalu membutuhkan teladan dalam menjalani hidup dan perjalanan iman. Berarti semua pendeta haruslah berjuang memberi teladan buat jemaat yang digembalakannya. Yosua menjelaskan dasar-dasar yang teguh dalam hal berkomitmen setia kepada Allah. Dasar utamanya adalah bahwa Allah telah lebih dulu membuat komitmen untuk memelihara umat-Nya.
Jadi jelas bahwa Allah sudah jelas dan selalu berinisiatif lebih dulu sebelum kita diajak untuk melakukan. Umat Israel dan umat Tuhan perlu meneladani Allah dalam hal kesetiaan-Nya mengasihi dan memelihara umat-Nya walaupun umat-Nya sering melupakan dan menyakiti hati-Nya. Jadi bila umat Israel dan umat Tuhan sepanjang zaman membuat komitmen itu adalah suatu kontrak permanen yang mengikat antara Allah dan umat-Nya. Dalam sakramen baptisan kudus esensinya adalah memproklamirkan janji setianya untuk hidup beriman kepada Allah dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Dalam sakramen perjamuan kudus kita mengingat kasih setia Allah agar kita memperbaharui komitmen. (MT)