Senin 28 Maret 2022
PENYAKIT KUSTA – NAJIS
Bacaan Sabda : Imamat 13-14
“Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya”. (Imamat 13:45-46)
Mengenai penyakit kusta yang cukup panjang lebar dibahas dalam 2 pasal kitab Imamat ini boleh disebut sangat menyedihkan buat para pengidap penyakit kusta. Padahal mereka adalah seperti manusia pada umumnya tidak pernah menharapkan apalagi meminta menjadi penderita penyakit kusta. Mereka adalah merupakan korban keganasan penyakit yang menular ini. Tetapi perlu kita pahami bahwa bagian ini tak terpisahkan dari Alkitab sebagai firman Tuhan. Ada alasan yang membuat sikap kepada penderita penyakit kusta ini ditulis walaupun terkesan kurang manusiawi. Salah satu alasannya adalah bahwa penetapan seseorang dinyatakan menderita penyakit kusta adalah tugas seorang imam. Dalam hal ini imam bukanlah mengambil alih tugas para tabib melainkan membuat keputusan untuk kepentingan umat. Imamlah yang memutuskan seseorang sakit kusta dan juga memutuskan sudah sembuh. Karena bila sudah sakit kusta mereka dinyatakan najis sehingga diisolasi, karena sakit kusta adalah penyakit menular. Dan kalau sudah sembuh imamlah yang menyatakan sembuh agar mereka kembali ke tengah masyarakat atau umat.
Kenajisan perlu juga dipahami sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan kekudusan Allah atau segala sesuatu yang menyimpang dari kesempurnaan Allah. Jadi segala hukum-hukum kenajisan di buat untuk mengingatkan orang Israel akan dampak yang merusak dan menghancurkan yang timbul setelah manusia jatuh dalam dosa. Pada zaman taurat khususnya yang berhubungan dengan 5 kitab taurat, penyakit kusta adalah merupakan penyakit menular, sehingga penderita harus dijauhkan dari masyarakat. Jadi sangat tepat bila digambarkan sebagai kehidupan berdosa. Dikemudian hari umat Israel menyatakan bahwa penderita kusta sebagai orang terkutuk. Pernyataan ini tentu sangat merugikan penderita, tetapi hal itu sebagai suatu pengenalan kepada masyarakat Israel pada zamannya.
Bila kita perdalam lagi pemahaman tentang kusta dinyatakan najis, sehingga harus diisolasi maka jelas bahwa Allah melindungi masyarakat dari penyakit menular. Kemudian mengisolasi bertujuan juga melindungi penderita dari ejekan penduduk yang bisa membuatnya tertolak. Isolasi sesungguhnya adalah cara yang sederhana untuk menyembuhkan penderita. (MT)