Minggu 06 Maret 2022
SYARAT PELAYANAN IMAMAT
Bacaan Sabda : Keluaran 28:1-43
Sabda Renungan : “Harun dan anak-anaknya haruslah memakainya, apabila mereka masuk ke dalam Kemah Pertemuan atau apabila mereka datang ke mezbah untuk menyelenggarakan kebaktian di tempat kudus, supaya mereka jangan membawa kesalahan kepada dirinya, lalu mati. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya baginya dan bagi keturunannya.” (Keluaran 28:43
Musa yang baru saja harus memusatkan perhatian untuk arahan Allah mengenai pembangunan kemah suci harus terus memperhatikan pengarahan Allah mengenai para petugas yang melayani di Bait Suci. Para pelayanan Tuhan di kemah pertemuan harus berpakaian sesuai dengan pakaian yang ditentukan Allah. Walaupun Allah memberi petunjuk mengenai pelayanan Harun sebagai imam, tetapi justru petunjuk mengenai instrumen pakaian dan cara berpakaian cukup panjang lebar diuraikan. Tugas keimamatan betul-betul sangat penting karena bertindak mewakili umat dengan doa. Ternyata pakaian dan cara berpakaian pula sangat penting. Jadi dalam hal ini pernyataan yang penting hatinya bukan tampilannya perlu juga dipertanyakan bila kita mau bercermin kepada firman Tuhan. Memang bukan detail pakaiannya yang penting, melainkan tata sopan santun dan konsep wibawanya perlu mendapat perhatian. Harun sebagai imam besar harus berpakaian khusus dalam melaksanakan tugas sebagai wakil umat menghadap Allah. Imam besar Harun adalah merupakan simbolis dari Yesus Kristus sebagai imam besar yang menghadap Bapa di surga mewakili umat-Nya (Ibrani 9:4). Tetapi Yesus bukanlah berpakaian khusus melainkan berkehidupan kudus. Yesus tidak mempersembahkan korban melainkan menjadi korban mempersembahkan diri-Nya untuk keselamatan manusia.
Para pelayan Tuhan perjanjian Baru yang memandu umat ke hadirat Allah dan yang menyampaikan firman Tuhan perlu juga berpakaian khusus dalam pengertian pakaian sopan dan berwibawa, tetapi yang utama adalah berhiaskan kekudusan dan berjubah pujian. Artinya mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup dan berkenan kepada Allah. Hal itu berarti mempunyai kerinduan yang tulus untuk menyenangkan hati Allah bukan keinginan yang bulus menyukakan hati banyak orang.
Tetap berusaha dan berjuang untuk hidup kudus atau terus berjalan menuju kekudusan. Berjubah pujian berarti berkelakuan terpuji karena bersikap tegas menolak dan menepis cara-cara hidup buruk dan berdosa yang bertentangan degan kehendak Allah. “Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya” (Yesaya 61:10). Sebagai orang yang diselamatkan Allah, semua orang percaya haruslah melayani Tuhan dan sesama secara benar dan dalam kebenaran. (MT)