Sabtu 05 Maret 2022
KEKUDUSAN ALLAH
Bacaan Sabda : Keluaran 25-27
Sabda Renungan : “Haruslah kauperintahkan kepada orang Israel, supaya mereka membawa kepadamu minyak zaitun tumbuk yang murni untuk lampu, supaya orang dapat memasang lampu agar tetap menyala. Di dalam Kemah Pertemuan di depan tabir yang menutupi tabut hukum, haruslah Harun dan anak-anaknya mengaturnya dari petang sampai pagi di hadapan TUHAN. Itulah suatu ketetapan yang berlaku untuk selama-lamanya bagi orang Israel turun-temurun.” (Keluaran 27:20-21)
Bagi Musa perintah untuk membangun kemah suci tentu terasa sangat rumit. Musa harus memperhatikannya dengan cermat agar mampu mengingat dengan baik. Pembangunan kemah suci yang sangat detail termasuk bentuk juga pembagian serta material yang dibutuhkan. Kemah suci terbangun harus sama persis dengan petunjuk Allah, karena kemah suci itu adalah menjadi tempat ibadah yang mana Allah bertemu atau menemui umat yang datang sujud menyembah-Nya. Di kemah suci inilah Allah menyediakan pengampunan melalui korban pencurahan darah yang ternyata menunjuk kepada korban pencurahan darah Kristus di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Kemah suci menjadi pusat tempat pelaksanaan upacara keagamaan di padang gurun yang dinyatakan kepada Musa. Hal ini dianggap sangat penting untuk meningkatkan kesadaran Israel yang terpisah dari bangsa penyembah berhala dan juga menggalang kesatuan umat menyembah Allah yang mengadakan perjanjian serta memperbaharui janji-Nya itu untuk memperteguh iman umat-Nya. Kemah suci yang sarat dengan simbolisme ini diterima Musa dan dibangun tepat seperti peunjuk Allah tanpa mengetahui simbol-simbol yang hendak dinyatakan. Semua materi dan perabot hingga ukuran dan pembagian kemah suci adalah merupakan simbol yang dipraktekkan dalam kehidupan gereja Tuhan.
Kemah suci yang terdiri dari pelataran, ruang suci dan ruang maha suci itu memberi gambaran tentang kedalaman iman umat dan kedekatan hubungan Allah dengan umat-Nya. Dalam ruang maha suci ditempatkan tabut perjanjian yang berisi loh batu yang bertuliskan dasa titah buli-buli berisi manna dan tongkat Harun yang bertunas. Saat Musa menerima petunjuk tentu belum ada materi tetapi dikemudian hari semua dibangun sesuai petunjuk Allah kepada Musa. Dalam kemah suci ada lampu yang harus selalu menyala sehingga minyak zaitun tumbuk haruslah selalu tersedia. Lampu yang terus menyala adalah merupakan instumen yang sangat penting dalam kemah suci. Karena lampu yang terus menerus harus menyala melambangkan kehadiran Allah yang terus menerus di tengah persekutuan umat-Nya. Sama seperti Israel umat Allah perjanjian Lama, gereja sebagai umat Allah Perjanjian Baru haruslah terus mengalami kehadiran Allah. Kehadiran Allah dalam persekutuan umat-Nya haruslah ditandai terang dan hidup benar sebagai wujud dari kehadiran Allah. Lampu itu tidak akan terus menyala tanpa adanya kehidupan yang taat kepada Allah dan tanpa keharmonisan yang nyata dalam kehidupan berjemaat yang dipraktekkan umat-Nya. (MT)