Jumat 04 Maret 2022
KEMULIAAN ALLAH
Bacaan Sabda : Keluaran 24:1-18
Sabda Renungan : “Berfirmanlah Ia kepada Musa: “Naiklah menghadap TUHAN, engkau dan Harun, Nadab dan Abihu dan tujuh puluh orang dari para tua-tua Israel dan sujudlah kamu menyembah dari jauh. Hanya Musa sendirilah yang mendekat kepada TUHAN, tetapi mereka itu tidak boleh mendekat, dan bangsa itu tidak boleh naik bersama-sama dengan dia.” (Keluaran 24:1-2)
Saat Musa menaiki bukit Sinai untuk menerima hukum Taurat Harun dan para tua-tua Israel hanya boleh menyaksikan dari jauh. Sebelum berangkat untuk memberi korban bakaran berupa lembu-lembu jantan sebagai korban keselamatan kepada Allah. Ini merupakan darah perjanjian untuk meneguhkan janji-Nya pada umat-Nya. Setiap korban yang ditandai penumpahan darah lembu atau domba yang dilakukan umat Israel selalu mengandung nubuat berupa simbol yang akan digenapi Yesus untuk menyelamatkan manusia. Saat Allah menyatakan diri untuk meyakinkan umat-Nya tentu dalam penampakan yang terbatas karena sudah pasti di bumi ini tidak ada orang yang mampu melihat kemuliaan Allah secara utuh dapat tetap hidup. Itupun dapat terjadi setelah mempersembahkan korban perdamaian. Setelah pengorbanan Kristus maka orang percaya selalu mempunyai kesempatan yang indah untuk menyaksikan kemuliaan Kristus tentu saja dalam batas-batas yang ditentukan Allah. Walaupun terbatas hal itu sudah sangat menakjubkan dan memberi dampak yang mampu mengubah kehidupan orang percaya.
Pada saat Musa berada di atas bukit Sinai Allah menyatakan kemuliaan-Nya melalui suatu manifestasi terang benderang yang memancar dari diri Allah sendiri. Manifestasi ini melambangkan bahwa Allah selalu berkenan hadir dalam persekutuan umat-Nya yang sehati mengabdi kepadanya. Melalui manifestasi Allah ini mengingatkan umat-Nya agar menyadari kemahakuasaan Allah sebab itu layak menerima penyembahan dan pengabdian diri dari umat-Nya. Walaupun ada perbedaan radikal antara Allah dan umat-Nya tetapi berdasarkan kasih dan kedaulatan-Nya Dia berkenan hadir dan aktif dalam persekutuan umat-Nya. Kehadiran-Nya hendaklah memberi inspirasi yang kuat agar selalu umat-Nya berusaha hidup dalam pertobatan oleh dorongan iman dan kesetiaan mengabdikan diri kepada-Nya.
Musa selama 40 hari berada di atas bukit Sinai untuk menerima undang-undang yang mengatur kehidupan umat-Nya secara menyeluruh. Kedekatan Musa dengan Allah adalah fakta sejarah yang ditulis sebagai tonggak sejarah perjalanan bangsa Israel. Saat Musa berdialog dengan Allah sudah pasti Allah menyatakan diri secara khusus tetapi tetap dalam keadaan terbatas. Allah selalu rela hadir dalam hidup umat-Nya yang menghargai kehadiran-Nya melalui sikap hidup menyembah serta siap membuka hati untuk diperbaharui dan diubah Allah sesuai kedaulatan dan kehendak-Nya. (MT)