Kamis 03 Maret 2022
HARI RAYA DAN KEPEDULIAN
Bacaan Sabda : Keluaran 23
Sabda Renungan: “Enam tahunlah lamanya engkau menabur di tanahmu dan mengumpulkan hasilnya, tetapi pada tahun ketujuh haruslah engkau membiarkannya dan meninggalkannya begitu saja, supaya orang miskin di antara bangsamu dapat makan, dan apa yang ditinggalkan mereka haruslah dibiarkan dimakan binatang hutan. Demikian juga kaulakukan dengan kebun anggurmu dan kebun zaitunmu” (Keluaran 23:10-11)
Cakupan hukum taurat itu cukup luas yang menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Seperti sabat itu bukanlah hanya hari sabat, tetapi ada tahun sabat ada pula tahun Yobel yang penghitungan berhubungan dengan sabat atau hari ke tujuh. Perlu juga sabat ditetapkan bukan hanya untuk sabat tetapi berhubungan dengan membangun kepedulian kepada sesama manusia.
Hari sabat, tahun sabat dan tahun Yobel dirayakan untuk memberi kesempatan kepada budak beroleh istirahat dan kebebasan, kemudian memberi kesempatan kepada orang-orang miskin untuk memperoleh penghasilan dari ladang dan kebun orang yang sudah mengusahainya selama 6 tahun. Hari-hari raya pun ditetapkan bukan hanya untuk berhari raya belaka tetapi hari bersyukur kepada Allah yang dilakukan secara bersama. Ada hari raya roti tak beragi, hari raya menuai dan hari raya umat berkumpul dan bersyukur secara lebih istimewa dari hari-hari yang biasa. Biasanya disertai dengan memberi persembahan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan dan kepedulian sesama.
Hari raya yang diatur oleh hukum taurat harus dijauhkan dari kebiasaan bangsa penyembah berhala. Sebab bila umat-Nya mengikuti kehidupan moral dan pola hiudp penyembah berhala, mereka akan kehilangan perlindungan Allah. Sama halnya dengan para pengikut Kristus sebagai umat Allah Perjanjian Baru akan kehilangan berkat dan penyertaan Allah bila menyesuaikan diri dengan pola hidup dunia yang selalu menentang Tuhan.
Memelihara sabat dan hari raya yang ditetapkan Allah adalah merupakan sikap mengingatkan diri agar tetap memposisikan diri secara benar di hadapan Allah. Karena umat yang memposisikan diri secara benar dihadapan Allah pasti hidup dengan penyembahan yang benar dan rasa syukur yang dalam kepada Allah. Semua peraturan yang dikaruniakan Allah untuk mengatur kehidupan umat-Nya adalah merupakan anjuran agar umat-Nya mengabdi sepenuh hati kepada Allah sebagai pola hidup yang memisahkan dan membedakan umat Allah dari bangsa penyembah berhala.
Dalam membuat undang-undang terkesan membebani dan membatasi ruang gerak umat-Nya. Padahal Dia bertujuan untuk mensejahterakan dan membebaskan umat-Nya. Sebab mentaati hukum Allah juga merupakan jalan menuju damai sejahtera sedangkan penyimpangan dari hukuman justru membawa kepada kesulitan yang semakin lama justru mengikat untuk tetap hidup dalam penderitaan. Jadi tetaplah ikut hukum Tuhan yang walaupun membatasi ruang gerak tetapi tujuannya adalah mensejahterakan. (MT)